Ini Sentimen Pasar Pekan Depan, Mampu Bawa IHSG ke 7.200?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia kembali bergairah setelah kembali ke level 7.000, bahkan mendekati 7.200. Lantas bagaimana dengan kondisi pasar pekan depan?
Tim Riset CNBC telah merangkum sentimen-sentimen yang bisa dicermati investor pekan depan.
Neraca Dagang
Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mengecil pada Juli 2022 karena mulai melandainya harga minyak sawit mentah (CPO).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juli sebesar US$3,81 miliar. Turun signifikan ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai US$5,09 miliar.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 29,21% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 31,02%.
Sebagai catatan, pada Juni lalu, nilai ekspor Indonesia mencapai US$26,09 miliar atau melesat 40,68% (yoy) dan naik 21,30% dibandingkan bulan sebelumnya. Impor mencapai US$21 miliar, naik 21,98% (yoy) dan menguat 12,87% dibandingkan bulan sebelumnya.
Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Juli tercatat US$132,2 miliar, turun dibandingkan Juni 2022 yang tercatat sebesar US$136,4 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2022 pada Senin (15/7/2022). Menyusutnya surplus neraca perdagangan yang melebar pada Juli sudah tercermin dalam cadangan devisa.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2022 masih akan dimotori komoditas. Dia menjelaskan nilai ekspor kemungkinan akan turun pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya karena melandainya harga minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Indeks aktivitas manufaktur atau PMI Manufacturing sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia melandai pada Juli. Kondisi tersebut bisa berdampak kepada permintaan impor asal Indonesia.
Biro Statistik Nasional China (NBS) mengumumkan PMI Manufacturing China melandai ke 49 pada Juli 2022, turun dibandingkan 50,2 pada Juni.Level tersebut menunjukkan sektor industri China tengah dalam fase kontraksi. Sementara itu, PMI Manufacturing Jepang melandai ke 52,1 pada Juli, dibandingkan 52,7 pada Juni.PMI Manufacturing Amerika Serikat (AS) melandai ke 52,2 pada Juli dari 52,7 pada Juni.