
BI Buka-bukaan Soal Rencana Suku Bunga Pasca Ekonomi Meroket

Jakarta, CNBC Indonesia - Arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) menjadi perhatian. Setiap tindak-tanduk dan komentar yang keluar dari pejabat institusi tersebut akan memberikan pengaruh pada pergerakan pasar keuangan dunia.
Jeremy Powell Cs pada tahun ini diyakini akan mengambil sikap (stance) kebijakan suku bunga yang kian agresif (hawkish) dalam rangka mendorong perekonomian AS yang makin terpuruk diterpa berbagai macam krisis yang terjadi.
Lantas, bagaimana arah kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai penjaga stabilitas moneter dalam menyikapi sikap The Fed?
"Suku bunga acuan dalam RDG bulan Juli cukup menggambarkan keseriusan BI," kata Deputi Gubernur BI Doddy Budi Waluyo dalam Program Squawk Box CNBC Indonesia, Jumat (12/8/2022).
Bank sentral dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli lalu memutuskan untuk tetap mempertahankan tingkat bunga acuan di level 3,5%. Keputusan tersebut telah mempertimbangkan dinamika global yang terjadi, termasuk arah kebijakan The Fed.
Dody menekankan, bauran kebijakan yang akan digunakan bank sentral akan tetap memperhatikan perkembangan laju inflasi terutama dari sisi permintaan. BI dan pemerintah akan terus melakukan koordinasi untuk mengendalikan inflasi.
"Ini pilihan ke depan mengatasi inlfasi. Inflasi inti 2,8% di tengah inflasi yang meningkat 4,94% bulan kemarin, menggambarkan BI waspada inflasi ke depan," jelasnya.
"Pilihan yang kita lakukan bagaimana likuiditas kita atur, normalisasi likuiditas yang ada diinjeksi ke perekonomian. Kita naikan GWM dan memperkuat operasi moneter, menata likuiditas. Kita tetap melakukan stabilitasi dalam membantu menahan kenaikan harga global ke inflasi domestik," jelasnya.
Dody menegaskan, BI bisa saja menggunakan bauran kebijakan suku bunga untuk meredam laju inflasi. Namun, Dody menegaskan bahwa bank sentral belum menggunakan instrumen tersebut.
"Suku bunga tetap pilihan, namun belum kita gunakan," tegas Dody.
BI menilai, dampak dari kenaikan suku bunga acuan The Fed beberapa waktu lalu tidak perlu ditindaklanjuti secara langsung dengan ikut menaikkan bunga acuan. Pasalnya, Indonesia saat ini masih cukup menjadi 'primadona' bagi kalangan investor.
"Karena suku bunga kebijakan untuk inflasi. Yield differential government bond dengan US Treasury itu pada selisih yang attractive untuk masuk ke kita," katanya.
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Sebut Fed Tak Akan 'Seberani' Itu Kerek Suku Bunga Tinggi
