Gara-gara Inflasi, Nikel Tak Bergigi

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 10/08/2022 17:22 WIB
Foto: Infografis/Larangan Ekspor Biji Nikel/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia melemah tipis pada perdagangan hari ini setelah rilis inflasi China. Investor juga menanti rilis inflasi Amerika Serikat (AS).

Pada Rabu (10/8/2022) pukul 16:35 WIB harga nikel dunia tercatat US$21.520 per ton, turun 0,19% dibandingkan perdagangan kemarin.


Indeks Harga Konsumen (IHK) China yang dipakai untuk mengukur laju inflasi naik 2,7% year-on-year/yoy pada Juli. Ini merupakan yang tercepat sejak Juli 2020. Angka tersebut juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 2,5% yoy.

Namun, inflasi tingkat pabrik turun ke level terlemah sejak Februari 2021. Ini karena harga bahan baku turun akibat aktivitas konstruksi yang lebih lambat. Indeks harga produsen (PPI) naik 4,2% yoy, setelah kenaikan 6,1% pada Juni.

Di sisi lain, saat ini investor tengah menanti pengumuman inflasi Amerika Serikat yang akan diumumkan Rabu malam waktu Indonesia.

Berdasarkan jajak pendapat yang dihimpun Reuters, inflasi AS diperkirakan akan melandai pada Juli 2022. Prediksinya akan berada di level 8,7% year-on-year (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yakni 9,1% yoy.

Meskipun inflasi kemudian melandai, pasar melihat potensi bank sentral AS (Federal Reserves/The Fed) untuk tetap menaikkan suku bunganya pada pertemuan September. Menurut perangkat FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 32,5% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 2,75-3%.

Sementara ekspektasi kenaikan suku bunga mencapai 75 bp sebesar 67,5%. Artinya pasar melihat peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga sara agresif.

Kebijakan moneter yang ketat saat ini merupakan langkah besar karena berpotensi meningkatkan kemungkinan resesi. Hal ini dapat mempengaruhi permintaan logam dasar industri seperti nikel. Saat permintaan turun, harga pun mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Forum Industri Nikel Minta Kenaikan Tarif Royalti Dikaji Ulang