Rupiah Runner-Up Asia! Padahal Hampir Seharian Lesu...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 August 2022 15:13
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot. Padahal mata uang Ibu Pertiwi nyaris seharian melemah.

Pada Senin (8/8/2022), US$ 1 setara dengan Rp 14.875 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah terapresiasi 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Penguatan rupiah baru terjadi jelang akhir perdagangan. Hampir seharian rupiah berada di kisaran Rp 14.900/US$.

Namun mata uang Asia lainnya tidak seberuntung itu. Hampir seluruh mata uang Benua Kuning lesu di hadapan dolar AS, kecuali rupiah, yuan China, dolar Singapura, dan baht Thailand.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 15:10 WIB:

Akhir pekan lalu, US Bureau of Labour Statistics merilis data ketenagakerjaan AS terbaru. Pada Juli 2022, perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 528.000 lapangan kerja non-pertanian. Jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yakni 398.000 dan ekspektasi pasar yang sebanyak 250.000.

Sektor jasa menjadi pembuka lapangan kerja terbanyak. Makan-minum menciptakan 74.000 lapangan kerja, jasa bisnis profesional 89.000, jasa perusahaan 13.000, arsitektur dan teknik 13.000, manajemen dan konsultan teknik 12.000, penelitian dan pengemabngan 10 ribu, serta layanan kesehatan 70.000.

Angka pengangguran pun bergerak turun. Pada Juli 2022, tingkat pengangguran Negeri Stars and Stripes ada di 3,5%, sudah menyamai catatan sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Di satu sisi, ini adalah kabar gembira. Di tengah tantangan lonjakan inflasi, ternyata dunia usaha masih ekspansif dan menciptakan lapangan kerja. Tentunya menjadi modal kuat bagi AS untuk mentas dari 'jurang' resesi.

Namun di sisi lain, data ini membuat pasar cemas bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal makin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Sebab, salah satu alasan The Fed mengetatkan kebijakan moneter adalah keyakinan bahwa pasar tenaga kerja masih kuat.

Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 basis poin dalam rapat September 2022 mencapai 71,5%. Jika terwujud, maka Federal Funds Rate akan menyentuh kisaran 3-3,25%, tertinggi sejak awal 2008.

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengangkat imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS, terutama instrument berpendapatan tetap. Ini membuat investor memborong dolar AS sehingga nilai tukarnya menguat. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) naik 1,09% secara point-to-point.

Jadi, dolar AS memang sedang perkasa, sulit dilawan. Tidak heran mata uang Asia lesu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Awas, Dolar Ngamuk! Mampukah Rupiah Selamat...?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular