
Amerika Bangkit, Rupiah Malah Terjepit

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Dolar AS sedang bangkit, ditopang oleh data ketenagakerjaan terbaru.
Pada Senin (8/8/2022), US$ 1 dibanderol Rp 14.895 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:01 WIB:
Akhir pekan lalu, US Bureau of Labour Statistics merilis data ketenagakerjaan AS terbaru. Pada Juli 2022, perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 528.000 lapangan kerja non-pertanian. Jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yakni 398.000 dan ekspektasi pasar yang sebanyak 250.000.
Sektor jasa menjadi pembuka lapangan kerja terbanyak. Makan-minum menciptakan 74.000 lapangan kerja, jasa bisnis profesional 89.000, jasa perusahaan 13.000, arsitektur dan teknik 13.000, manajemen dan konsultan teknik 12.000, penelitian dan pengembangan 10 ribu, serta layanan kesehatan 70.000.
Angka pengangguran pun bergerak turun. Pada Juli 2022, tingkat pengangguran Negeri Stars and Stripes ada di 3,5%, sudah menyamai catatan sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Di satu sisi, ini adalah kabar gembira. Di tengah tantangan lonjakan inflasi, ternyata dunia usaha masih ekspansif dan menciptakan lapangan kerja. Tentunya menjadi modal kuat bagi AS untuk mentas dari 'jurang' resesi.
Namun di sisi lain, data ini membuat pasar cemas bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal makin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Sebab, salah satu alasan The Fed mengetatkan kebijakan moneter adalah keyakinan bahwa pasar tenaga kerja masih kuat.
Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 basis poin dalam rapat September 2022 mencapai 71,5%. Jika terwujud, maka Federal Funds Rate akan menyentuh kisaran 3-3,25%, tertinggi sejak awal 2008.
![]() |
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengangkat imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS, terutama instrumen berpendapatan tetap. Ini membuat investor memborong dolar AS sehingga nilai tukarnya menguat.
Pada pukul 08:43 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,04%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini naik 1,15%.
Jadi, dolar AS memang sedang perkasa, sulit dilawan. Tidak heran mata uang Asia lesu, tidak terkecuali rupiah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas, Dolar Ngamuk! Mampukah Rupiah Selamat...?
