
Bos Sawit, Harga CPO Turun Lagi, Ke Depan Gimana Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun di sesi awal perdagangan pada Kamis (04/8/2022). Bagaimana tren ke depan?
Melansir Refinitiv, pukul 08:30 WIB, harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 3.831/ton atau terkoreksi 0,85%.
Secara teknis, Wang Tao, Analis Komoditas Reuters menilai harga CPO masih akan menguji titik support di MYR 3.717/ton, penembusan di bawahnya dapat membuka jalan menuju kisaran MYR 3.489-3.598/ton.
![]() |
Pada Rabu (3/8), minyak sawit berjangka Malaysia ditutup naik tipis 0,49% ke MYR 3.864/ton (US$866,44/ton) setelah turun tajam selama dua hari beruntun. Namun, kenaikan harga CPO dibatasi oleh kekhawatiran akan permintaan terhadap CPO setelah produsen utama CPO dunia yakni Indonesia menurunkan harga referensi pajak ekspornya.
Pemerintah Indonesia telah menurunkan harga acuan minyak sawit mentah menjadi US$872,27 per ton yang efektif pada periode 1-15 Agustus 2022. Padahal, harga referensi di Juli berada di US$ 1.615,83 per ton, sehingga penurunanya cukup signifikan.
Menurut Refinitiv Commodities Research dalam sebuah catatan yang dikutip dari Reuters menilai bahwa pemulihan harga CPO telah dibatasi oleh tekanan jual dari Indonesia.
Selain itu, harga minyak saingan seperti minyak kedelai juga terpantau naik 0,9% di Chicago Board of Trade dan harga minyak kedelai di Dalian melesat 1,6%. Harga CPO kerap dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak saingan, sehingga ketika harga minyak kedelai naik maka harga CPO ikut terkerek naik.
Analis Refinitiv telah memangkas perkiraan produksi minyak sawit tahun ini untuk Indonesia dan Malaysia yang masing-masing menjadi 46,7 juta ton dan 18 juta ton.
Perkiraan adanya penurunan sebanyak 3% pada produksi CPO Indonesia karena persediaan CPO yang tinggi hingga mencapai rekor. Sehingga para produsen pun akan menurunkan tingkat produksinya. Sementara, proyeksi penurunan produksi CPO Malaysia sebanyak 1,6%, dipicu oleh krisis tenaga kerja yang berlangsung hingga saat ini.
Tidak hanya itu, analis juga memprediksikan adanya penurunan pada impor CPO dunia pada tahun ini, yang turun hampir 1% menjadi 44,9 juta ton dari perkiraan sebelumnya di 45 juta ton.
Selanjutnya, menurut analis ada beberapa faktor yang perlu dicermati ke depan untuk pergerakan harga CPO meliputi perkembangan pada kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan ekspor CPO Indonesia, kedatangan pekerja migran di Malaysia, dan musim produksi yang tinggi.
Sementara dari faktor eksternal yakni volume ekspor pertanian dari Pelabuhan Laut Hitam, dampak cuaca Amerika Serikat (AS) terhadap perkembangan pertanian kedelai, harga minyak mentah dunia, pemulihan permintaan dari China, dan kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada bulan September.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terimakasih RI! Harga CPO Dunia Jadi Lebih Murah