Bioetanol Bisa Jadi Bahan Bakar, Kapan RI Mau Ngembangin?

News - Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
03 August 2022 18:35
Menteri ESDM Ignasius Jonan melepas road test B30 di gedung KESDM, Jakarta, Kamis (13/6). B30 akan menggantikan pemakaian BBM impor sebesar 55 juta barel. B30 akan menggantikan pemakaian BBM impor sebesar 55 juta barel. Menteri ESDM Ignasius Jonan didampingi Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, me-launching Road Test Penggunaan Bahan Bakar B30 (campuran biodiesel 30% pada bahan bakar solar) pada kendaraan bermesin diesel. Launching Road Test B30 ditandai dengan pelepasan keberangkatan 3 unit truk dan 8 unit kendaraan penumpang berbahan bakar B30 yang masing-masing akan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Launching Bahan Bakar B 30 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan pengembangan bioetanol di Indonesia masih menemui sejumlah tantangan. Salah satunya yakni mengenai jaminan ketersediaan bahan baku.

Padahal jika ditarik lebih jauh, pemanfaatan bioethanol dalam bauran energi bersih bisa menjadi salah satu opsi untuk mengurangi emisi karbon di transportasi. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan untuk pengembangan bioethanol sendiri belum dapat dijamin keberlanjutan pasokannya.

Mengingat, tetes tebu yang merupakan bahan baku produksi bioethanol juga dimanfaatkan untuk kebutuhan industri lain. Meski begitu, saat ini pihaknya mencoba menjalin komunikasi dengan dua pabrik di Jawa Timur yakni di Malang dan Mojokerto terkait pengembangan bioethanol.

"Kita bahan bakunya gak bisa dijamin, kalau dari sisi hilir Kementerian ESDM hanya tahu setelah jadi bahan bakar, kalau urusan hulu kita gak bangun pabrik kebun sawit. Kalau sekarang belum cukup kalau diolah nanti ribut pasti, ini mengganggu untuk keperluan yang lain, tetes tebu," kata dia saat ditemui di Kementerian ESDM, Selasa (2/8/2022).

Lebih lanjut, Dadan menilai pemakaian bioethanol sebagai bahan bakar untuk saat ini cukup tepat. Pasalnya harga keekonomiannya sudah biasa bersaing dengan bahan bakar fosil yang saat ini cukup tinggi.

"Bioetanol secara keekonomian masuk. Nanti ke depannya Menteri berkunjung ke Jawa Tengah, ada demo plan mengolah sawit jadi bensin secara teknologi udah bisa dikuasai mudah-mudahan ini nanti bisa keekonomiannya masuk," katanya.

Seperti diketahui, ketergantungan Indonesia terhadap minyak saat ini masih cukup tinggi. Meski begitu, pemerintah akan berupaya menurunkan bauran energi minyak bumi. Salah satunya dengan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti bioethanol yang potensi pengembangannya besar dan produktivitasnya tinggi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja melaksanakan uji jalan bahan bakar campuran solar dengan minyak nabati B40 pada kendaraan penumpang dan niaga.

Dadan mengatakan uji jalan implementasi B40 ini berlangsung selama 3 bulan. Sehingga selesai pada bulan Desember nanti. Hanya saja dia belum berani memastikan kapan implementasi B40 ini dilakukan

"Ya nunggu hasilnya ini dulu, kebijakan itu dilihat keteknikan dulu, lalu keperluan administrasi legal, sekarang ini baru sisi teknis," kata Dadan kepada wartawan usai peluncuran uji jalan B40, Rabu (27/7/2022).

Kementerian ESDM menggandeng, BPDPKS, BRIN, Gaikindo, hingga Aprobi untuk melakukan uji jalan ini. Di mana dipersiapkan 12 unit mobil yang diantaranya 6 mobil penumpang bermesin diesel seperti Kijang Innova, Mitsubishi Triton, hingga Hyundai Tucson.

Sementara untuk mobil niaga disiapkan berbagai jenis truk seperti Fuso, Hino, hingga Elf. Adapun untuk jarak tempuh yang dilakukan mencapai 50.000 kilometer dengan target 560 kilometer per hari melewati Subang, Cipali, Tegal, Bandung, Tasikmalaya, Cirebon, hingga Tegal dan kembali lagi untuk mobil yang memiliki bobot kurang dari 3,5 ton.

Sementara untuk mobil yang dengan bobot lebih dari 3,5 ton akan menempuh jarak hingga 40.000 kilometer, yang melewati Cikampek, Bandung, Subang, Cipali, hingga Cirebon.

Tidak hanya kendaraan yang minum bahan bakar B40, dalam uji coba ini Kementerian ESDM juga mencobakan bahan bakar B30D10 atau bahan bakar yang dicampurkan minyak nabati sebanyak 30%, ditambah diesel biohidrokarbon.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ngeri! 'Kiamat' Energi di Depan Mata, Eropa Bisa 'Mati Beku'


(pgr/pgr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading