Suku Bunga Naik Bikin Susah, Kurs Dolar Australia Turun Terus

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 August 2022 13:15
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah lagi melawan rupiah pada perdagangan Rabu (3/8/2022) setelah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) kembali menaikkan suku bunga. Hal tersebut menunjukkan kenaikan suku bunga tidak serta merta membuat nilai tukar mata uang menguat.

Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini melemah 0,49% ke Rp 10.250/AU$. Kemarin, nilainya bahkan ambrol 1,4%.

RBA Selasa kemarin menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,85%. RBA kini sudah menaikkan suku bunga dalam 4 bulan beruntun dan berada di level tertinggi dalam 6 tahun terakhir.

Kenaikan tersebut sesuai ekspektasi, tetapi sebelumnya sempat beredar spekulasi akan ada kenaikan 75 basis poin akibat tingginya inflasi.

Meski sudah 4 kali menaikkan suku bunga, nyatanya dolar Australia masih melemah 0,9% melawan rupiah.

Dalam pernyataannya usai menaikkan suku bunga, Gubernur RBA Philip Lowe melihat inflasi akan mencapai puncaknya di akhir tahun ini, kemudian akan menurun menuju target 2% - 3%.

Pernyataan tersebut menjadi indikasi RBA tidak akan lebih agresif lagi, bahkan ada kemungkinan akan mengendur dalam menaikkan suku bunga ke depannya. Hal ini membuat dolar Australia melemah.

Perekonomian juga dikatakan masih akan kuat, meski ada beberapa perhatian utama dalam beberapa bulan ke depan, yakni ketidakpastian yang disebabkan oleh perilaku rumah tangga dalam berbelanja.

Sebab, dengan inflasi yang tinggi begitu juga dengan suku bunga, maka daya beli akan tergerus.

"Inflasi dan suku bunga yang tinggi akan memberikan tekanan ke anggaran rumah tangga," kata Lowe.

Tingkat keyakinan konsumen sudah mengalami penurunan, begitu juga dengan harga rumah di beberapa wilayah.

"Dewan Gubernur akan menaruh perhatian dengan seksama bagaimana faktor-faktor ini mencari keseimbangan," tegas Lowe

Sementara itu Chalmers mengakui kenaikan suku bunga akan memberatkan bagi warga Australia yang memiliki Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Dilaporkan, warga Australia yang memiliki nilai KPR AU$ 500.000, maka cicilannya akan naik sebesar AU$ 140.

"Kenaikan suku bunga tidak mengejutkan siapa pun, tetapi kami tetap melihat rumah tangga harus mengambil keputusan yang sulit untuk bisa menyeimbangkan anggaran rumah tangga. Apalagi saat ini sudah ada tekanan dari tingginya harga bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya," kata Chalmers.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular