Cetak Rekor Lalu Longsor, Cek Kurs Dolar Singapura Hari Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 August 2022 11:10
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs Dolar Singapura kemarin menyentuh rekor termahal di 2022, sebelum berbalik dan akhirnya mencatat pelemahan. Pada perdagangan Rabu (3/8/2022), dolar Singapura kembali berfluktuasi.

Pagi tadi, dolar Singapura sempat melemah ke Rp 10.750/SG$, sebelum berbalik menguat 0,27% ke Rp 10.798/SG$, melansir data Refinitiv.

Kemarin, mata uang Negeri Merlion ini sempat melesat 0,64% ke Rp 10.867/SG$ yang merupakan rekor termahal di tahun ini, dan dalam satu tahun terakhir. Namun, di akhir perdagangan Selasa, dolar Singapura justru melemah 0,27% ke Rp 10.768/SG$.

Rilis data aktivitas sektor manufaktur mampu mendongkrak kinerja dolar Singapura hari ini. S&P Global pagi ini melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Juli sebesar 58, lebih tinggi dari sebelumnya 57,5.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.

Ekspansi yang meningkat di tengah ketidakpastian global tentunya menjadi kabar bagus bagi Singapura.

Hal yang sama terjadi di dalam negeri. Untuk periode Juli 2022, PMI manufaktur Indonesia berada di 51,3. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,2 sekaligus jadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Pemesanan baru (new orders) meningkat setelah berada di tingkat yang rendah pada Juni. Dunia usaha menyebut peningkatan produksi terjadi seiring tumbuhnya permintaan dari konsumen.

Saat permintaan ekspor masih turun, permintaan domestik mampu mengambil alih. Penurunan ekspor bahkan berada di titik terendah sejak Agustus tahu lalu.

Dengan peningkatan permintaan, dunia usaha pun menambah tenaga kerja. Bahkan penambahan tenaga kerja berada di level tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

"Sektor manufaktur Indonesia mengembalikan momentum pertumbuhannya. Permintaan yang lebih tinggi, terutama dari konsumen domestik, membuat produksi meningkat. Peningkatan produksi mendorong dunia usaha untuk menambah tenaga kerja," papar SianJones, Ekonom Senior S&P Global Market Entelligence, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Ambruk, Kurs Dolar Singapura Cetak Rekor Termahal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular