Rupiah Terpuruk Lagi, Amerika Serikat & China Biang Keroknya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 August 2022 10:07
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (3/8/2022) hingga kembali ke atas Rp 14.900/US$. Hubungan Amerika Serikat dengan China yang memanas membuat rupiah kini terancam mencatat pelemahan 3 hari beruntun.

Rupiah sebenarnya sempat menguat tipis 0,07% ke Rp 14.980/US$, tetapi kemudian berbalik melemah 0,17% ke Rp 14.915/US$ pada pukul 9:51 WIB.

Ketua DPR AS, Nancy Peloci yang mengunjungi Taiwan menjadi penyebab memanasnya hubungan dengan China.

"Anda melihat tensi yang semakin intensif antara dua raksasa ekonomi dunia dan itu mulai menurunkan sentimen terhadap risiko," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda, sebagaimana dilansir CNBC International.

Ketika sentimen terhadap risiko menurun, maka rupiah akan terkena getahnya.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia(BI), Edi Susianto. Kepada CNBC Indonesia, Edi mengatakan pelemahan rupiah sejak awal pekan terjadi akibat memanasnya hubungan AS - China.

"Pelemahan rupiah dalam 2 hari terakhir ini lebih banyak disebabkan oleh sentimen kunjungan dari ketua DPR AS, Nancy Pelosi, yang merupakan tokoh politik pertama (setelah 25 tahun) yg mengunjungi Taiwan. Kunjungan tersebut dipersepsikan oleh pelaku pasar khawatir menimbulkan konflik geopolitik baru," kata Edi.

"Kunjungan Nancy Pelosi itu diikuti oleh China dengan melakukan ujicoba rudal dan latihan perang disekitar Taiwan, dimana hal ini dianggap sangat provokatif," tambahnya.
Selain faktor tersebut, menurut Edi rupiah sebenarnya masih cukup kuat dilihat dari capital inflow yang terjadi.

"Kalau kita lihat data investor asing selama hampir 2 minggu terakhir ini (sampai dengan hari kemarin) masih menunjukkan capital inflow baik di pasar saham maupun di pasar bond," ujar Edi.

Inflow yang terjadi tersebut membuat rupiah pada pekan lalu sukses menguat lebih dari 1,2%, dan mengakhiri pelemahan dalam 7 pekan beruntun.

Sementara itu, inflasi di dalam negeri yang terus menanjak dikatakan tidak berdampak signifikan terhadap rupiah.

"(Dampak inflasi) Relatif terbatas, meskipun Indeks Harga Konsumen naik dan di atas ekspektasi pasar, namun inflasi core (inti) masih sesuai dengan ekspektasi pasar" tegas Edi.

Di awal pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Juli 2022 yang tumbuh 0,64% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).Lebih tinggi dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 0,61%.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), laju inflasi terakselerasi. Inflasi Juli 2022 tercatat 4,94% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 4,35% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Oktober 2015.

Inflasi inti juga tercatat naik menjadi 2,68% (yoy) lebih tinggi dari sebelumnya 2,63% (yoy).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular