Suku Bunga Makin Tinggi, Hidup Warga Australia Makin Susah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 August 2022 15:05
This handout photo taken on January 26, 2022 by the Australian Defence Force shows the Australian flag flying on board the HMAS Adelaide as the ship arrives in Nuku'alofa, Tonga, carrying disaster relief and humanitarian aid supplies following the January 15 eruption of the Hunga Tonga-Hunga Haapai underwater volcano nearby. (Photo by CPL Robert Whitmore / Australian Defence Force / AFP) / -----EDITORS NOTE --- RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT
Foto: AFP/CPL ROBERT WHITMORE

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) kembali menaikkan suku bunga acuanya pada Selasa (2/8/2022). Dengan demikian, RBA di bawah pimpinan Gubernur Philip Lowe sudah menaikkan suku bunga dalam 4 bulan beruntun.

Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers, bahkan mengatakan kenaikan tersebut membuat hidup warga Australia jadi susah.

Dalam pengumuman kebijakan moneter siang tadi, RBA menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,85%, menjadi yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir.

Yang menarik, kenaikan suku bunga tersebut malah membuat kurs dolar Australia terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah.

Gubernur Lowe menyatakan kebijakan tersebut diambil guna meredam inflasi yang sudah jauh dari target.

Biro Statistik Australia pada pekan lalu melaporkan inflasi kuartal II-2022 menembus 6,1% year-on-year (yoy). Kemudian inflasi inti tembus 4,9% (yoy), lebih tinggi dari kuartal I-2022 sebesar 3,7%.

Lowe mengatakan ini RBA sudah berada pada jalur penurunan inflasi sambil menjaga stabilitas ekonomi, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.

"Jalan untuk mencapai target ini sempit dan dipenuhi ketidakpastian, terutama akibat perkembangan global," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au

"Prospek pertumbuhan ekonomi global sudah diturunkan akibat tertekannya pendapatan riil karena inflasi yang tinggi, kebijakan moneter yang ketat di banyak negara, invasi Rusia ke Ukraina, serta penanganan Covid di China"

"Kenaikan suku bunga hari ini... adalah langkah lebih lanjut dalam menormalisasi kondisi moneter Australia," kata Lowe.

Lowe melihat inflasi akan mencapai puncaknya di akhir tahun ini, kemudian akan menurun menuju target 2% - 3%. Perekonomian juga dikatakan masih akan kuat, meski ada beberapa perhatian utama dalam beberapa bulan ke depan, yakni ketidakpastian yang disebabkan oleh perilaku rumah tangga dalam berbelanja.

Sebab, dengan inflasi yang tinggi begitu juga dengan suku bunga, maka daya beli akan tergerus.

"Inflasi dan suku bunga yang tinggi akan memberikan tekanan ke anggaran rumah tangga," kata Lowe.

Tingkat keyakinan konsumen sudah mengalami penurunan, begitu juga dengan harga rumah di beberapa wilayah.

"Dewan Gubernur akan menaruh perhatian dengan seksama bagaimana faktor-faktor ini mencari keseimbangan," tegas Lowe

Sementara itu Chalmers mengakui kenaikan suku bunga akan memberatkan bagi warga Australia yang memiliki Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Dilaporkan, warga Australia yang memiliki nilai KPR AU$ 500.000, maka cicilannya akan naik sebesar AU$ 140.

"Kenaikan suku bunga tidak mengejutkan siapa pun, tetapi kami tetap melihat rumah tangga harus mengambil keputusan yang sulit untuk bisa menyeimbangkan anggaran rumah tangga. Apalagi saat ini sudah ada tekanan dari tingginya harga bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya," kata Chalmers.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukti Inflasi Bikin Cemas, Tetangga RI Ini Kerek Suku Bunga!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular