Takut Resesi? Perak Bisa Jadi Pilihan Investasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia menguat selama tiga hari berturut-turut karena kabar baik dari bank sentral Amerika Serikat (AS) dan kabar resesi Negeri Adidaya tersebut.
Pada Jumat (29/7/2022) pukul 12.35 WIB harga perak dunia tercatat US$ 20,11, naik 0,68% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Ekonomi Amerika Serikat (AS) terkontraksi sebesar 0,9% pada kuartal II/2022. Dengan hasil tersebut, secara teknis AS masuk ke jurang resesi teknikal setelah mencetak pertumbuhan negatif alias kontraksi sebesar 1,6% pada kuartal I/2022.
Kondisi ini membuat perak sebagai aset safe haven menjadi dilirik oleh para investor. Apalagi didukung oleh pernyataan kepala bank sentral AS yang akan memperlambat tingkat agresif dalam menaikkan suku bunganya.
The Fed kemarin menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 2,25% hingga 2,5% pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Kebijakan tersebut sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.
Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell terkait dampak negatif kenaikan suku bunga terhadap ekonomi AS juga mendorong perak. Pernyataan Powell menjadi sinyal jika The Fed kemungkinan akan sedikit mengerem kebijakan agresif mereka.
Kebijakan tersebut dianggap tidak se-hawkish ekspektasi saat inflasi Amerika Serikat (AS) melaju ke tingkat tercepat dalam 40 tahun terakhir, yakni 9,1% year-on-year/yoy. Saat itu ekspektasi pasar The Fed akan menaikkan suku bunga hingga 100 bp.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed menjadi faktor yang melemahkan harga perak. Namun, sikap yang tidak seagresif ekspektasi awal membuat perak mengkilap lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)