Bos Sawit, Harga CPO Lompat 2,25% Nih.. Tapi Awas Kena PHP!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Selasa, 26/07/2022 09:18 WIB
Foto: Pekerja membongkar buah sawit dari sebuah truk di sebuah pabrik kelapa sawit di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur 4 Agustus 2014. REUTERS / Samsul Said / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) melesat tajam di sesi awal perdagangan pada Selasa (26/7/2022) setelah turun selama tiga hari beruntun. Bagaimana prediksi harga CPO ke depannya?

Melansir Refinitiv, pukul 08:15 WIB, harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 3.728/ton atau melejit 2,25%.

Namun, harga CPO masih drop 2,2% secara mingguan. Bahkan, di sepanjang bulan ini, harga CPO anjlok 24,26% dan ambles 15,69% di sepanjang tahun ini.


Secara teknis, Wang Tao, analis komoditas Reuters menilai harga CPO terlihat netral dalam kisaran MYR 3.598-3.857/ton, setelahnya akan menunjukkan arah apakah naik atau turun.

Penembusan di bawah MYR 3.598/ton dapat memicu penurunan ke kisaran MYR 3.438-3.489/ton.

Sumber: Refinitiv

Pada Senin (25/7), minyak sawit berjangka Malaysia ditutup anjlok 1,57% menjadi MYR 3.646/ton (US$ 819,14/ton) dan menjadi penurunan selama tiga hari beruntun. Padahal, di sesi perdagangan CPO sempat melesat 2,3%.

Harga CPO berbalik arah setelah data ekspor CPO Malaysia mengecewakan dan pasar menjadi lebih yakin bahwa Indonesia akan segera menghapus persyaratan penjualan domestiknya, seperti yang diwartakan Reuters.

Beberapa perusahaan kargo Malaysia telah mengumumkan prediksi terhadap nilai ekspor CPO sementara.

Kargo Surveyor Intertek Testing Services memprediksikan ekspor CPO periode 1-25 Juli turun 11,3% menjadi 878.879 ton dari 990.958 ton, ketimbang periode yang sama pada Juni. Sementara, AmSpec Agri Malaysia memproyeksikan penurunan 2,7% ekspor CPO Malaysia menjadi 864.563 ton pada periode 1-25 Juli, dari 888.288 ton. 

Sisi lainnya, Menteri Perdagangan Indonesia pada Jumat (22/7) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk menghapus kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) yang mewajibkan perusahaan kelapa sawit untuk menjual sebanyak 30% dari produk mereka di dalam negeri untuk mendapatkan izin ekspor karena persediaan CPO yang membengkak di dalam negeri.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah lebih dulu menerapkan kebijakan untuk menghapus pajak ekspor CPO, untuk mempercepat kegiatan ekspor CPO dalam negeri.

Namun, Menteri Komoditas Malaysia Zuraida Kamaruddin menilai bahwa harga CPO Malaysia akan tetap lemah untuk sebagian besar kuartal III-2022 karena pemerintah Indonesia telah menghapus pajak ekspor CPO-nya, sehingga menekan harga CPO Malaysia.

Kebijakan pemerintah Indonesia tentunya akan berdampak sangat besar untuk pergerakan harga CPO dunia. Pasalnya, Indonesia merupakan produsen utama CPO dunia. Sehingga, kebijakan untuk menghapus pajak ekspor CPO, akan menguntungkan negaranya, di mana CPO Indonesia dilihat kian menarik dibandingkan dengan CPO Malaysia.

Bahkan, minyak sawit mentah ditawarkan dengan harga US$ 1.062 per ton termasuk biaya asuransi dan pengiriman (CIF) di India untuk pengiriman Agustus, dibandingkan dengan US$ 1.417 dan US$ 1.550 untuk minyak kedelai mentah dan minyak bunga matahari.

Sudhakar Rao Desai, Presiden Asosiasi Produsen Minyak Nabati India (IVPA) mengatakan bahwa India telah mengimpor 1,68 juta ton pada Juni dan diprediksikan akan mengimpor 2 juta ton minyak sawit pada bulan setelahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Teknik Pemupukan Khusus, Jurus Pengusaha Sawit Genjot Produksi