Wajib Baca! Kinerja Gajah Tunggal Hingga Dividen Interim AKRA
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Senin (25/7/2022) awal pekan ini, di tengah sikap investor yang menanti pengumuman suku bunga acuan terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,41% ke posisi 6.858,407. IHSG juga masih cenderung volatil pada hari kemarin karena investor cenderung wait and see. Bahkan, IHSG sempat menyentuh zona psikologisnya di 6.900 pada awal perdagangan sesi I kemarin.
Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka menguat 0,21% di posisi 6.905,51. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG cenderung 'galau'. Selanjutnya sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga akhir perdagangan.
Nilai transaksi indeks pada hari kemarin hanya mencapai sekitaran Rp 9 triliun dengan melibatkan 23 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 238 saham menguat, 280 saham melemah, dan 162 saham lainnya mendatar.
Lalu bagaimanakah pergerakan IHSG hari ini? Yuk simak kabar emiten sebelum memulai perdagangan Selasa (26/7/2022).
1. Gajah Tunggal (GJTL) 'Pegangan' Lo Kheng Hong Rugi Rp 63 M
PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) membukukan kerugian Rp 63,88 miliar pada semester pertama tahun ini. Perfoma ini lebih buruk dibanding periode yang sama tahun sebelumnya ketika produsen ban tersebut membukukan laba bersih Rp 98,17 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, Senin (25/7/2022), GJTL sejatinya mencatat kenaikan penjualan bersih 14,15% secara tahunan menjadi Rp 8,29 triliun per akhir Juni 2022. Namun, penjualan itu terganjal beban pokok yang naik 18,09% secara tahunan menjadi Rp 7,17 triliun.
Alhasil, GJTL meski masih membukukan laba kotor tapi dengan jumlah yang lebih kecil. Penurunannya sebesar 6,15% secara tahunan menjadi Rp 1,11 triliun.
Beban penjualan juga naik menjadi RP 436,09 miliar dari sebelumnya Rp 381,24 miliar. Beban umum turun tipis 1% secara tahunan menjadi Rp 310,71 miliar.
Beban keuangan juga susut 11,4% secara tahunan menjadi Rp 90,7 miliar. Akan tetapi, penurunan di sejumlah pos beban keuangan tak mampu mengkompensasi penurunan pos beban lainny
Terlebih, GJTL membukukan rugi bersih entitas asosiasi Rp 52,51 miliar dari sebelumnya laba Rp 12,84 miliar. GJTL juga mencatat penurunan keuntungan lain-lain menjadi Rp 11,89 miliar dari sebelumnya Rp 41,07 milia
Alhasil, rugi sebelum pajak GJTL sebesar Rp 41,43 miliar. Padahal, pos keuangan ini tercatat sebesar RP 142,15 miliar pada semester satu tahun lalu.
Kondisi itu yang membuat GJTL merugi. Kerugian juga memicu laba per saham berubah jadi rugi per saham sebesar Rp 18,22 per saham.
GJTL merupakan salah satu pemain utama di industri ban. Saham perusahaan ini sebagian juga dimiliki oleh investor kawakan Lo Kheng Hong alias LKH. Ia tercatat memiliki 178 juta atau setara 5,10% saham GJTL.
2. Kekayaan Intelektual Jadi Jaminan Bank Terkendala Valuasi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih mengkaji terkait prospek dan kelayakan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menjadi jaminan kredit ke bank.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan bahwa hal tersebut masih dalam kajian OJK, khususnya terkait masalah valuasi, ketersediaan secondary market, appraisal untuk likuidasi HKI, dan infrastruktur hukum eksekusi HKI.
Menurutnya, saat ini ekosistem HKI di pasar sekunder masih belum cukup kuat dan mekanisme penentuan valuasi sebuah HKI masih terbatas. Sedangkan bank harus mengetahui berapa nilai dari barang jaminan kredit.
"Sehingga dibutuhkan peran pemerintah dan pihak terkait untuk mengakomodasi isu tersebut. Kegiatan pemberian kredit atau pembiayaan sepenuhnya merupakan kewenangan bank berdasarkan hasil penilaian terhadap calon debitur," jelas Dian dalam keterangan resmi, Senin (25/7/2022).
Adapun agunan atau jaminan dalam penyediaan dana, baik berupa kredit atau pembiayaan bersifat opsional tergantung dari risk appetite bank terhadap skema dan jenis kredit serta kapasitas calon debiturnya. Setiap bank pasti memiliki kriteria pemberian kredit masing-masing dalam proses pengajuan dan persetujuan kredit. Salah satu yang biasanya ada dalam Risk Acceptance Criteria bank ialah prospek usaha dan kapasitas membayar calon debitur.
"Selain itu, bank juga memiliki credit scoring yang dapat digunakan untuk menganalisa kemampuan bayar calon debitur. Selama calon debitur memenuhi kriteria yang ditetapkan bank dan dalam rentang risk appetite bank tersebut maka kredit dapat dipertimbangkan untuk disetujui," ungkap Dian.
Rencana kekayaan intelektual jadi agunan perbankan tertuang dalam terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif.
3. Seret! Laba Bersih Bank Jatim Q2 Cuma Tumbuh 1,5%
Laba bersih PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim/BJTM) hingga kuartal II 2022 hanya tumbuh 1,5% menjadi Rp 815 miliar.
Bank Jatim hanya mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 2,21% (YoY) atau sebesar Rp 43,54 triliun. Komposisi rasio keuangan periode Juni 2022 antara lain Return on Equity (ROE) sebesar 17,58 %, Net Interest Margin (NIM) sebesar 4,92 %, dan Return On Asset (ROA) 2,05 %.
Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman mengklaim dibandingkan dengan kinerja industri perbankan secara nasional dan regional Jawa Timur, pertumbuhan kinerja Bank Jatim berada di atas pertumbuhan rata-rata.
"Bank Jatim tetap mempertahankan asetnya diatas seratus triliun di Semester I dengan mencatatkan aset sebesar Rp. 108,93 Triliun dan tumbuh 14,08%," jelas Iman dalam keterangan resmi, Senin (25/7/2022).
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jatim tumbuh 16,41% yoy atau sebesar Rp 94,90 triliun. Menurutnya, pertumbuhan DPK menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat kepada Bank Jatim terus meningkat.
"Di semester dua bank jatim terus berupaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan, termasuk upaya-upaya sumber pendapatan tidak hanya dari segi pembiayaan tapi juga fee based income," kata Busrul.
Bank Jatim optimis di akhir tahun 2022, memproyeksikan peningkatan aset sebesar 2%-3%, DPK tumbuh 2%-3% dan kredit tumbuh 4%-5%.
4. Listing di BEI, Saham KRYA Lompat 8%
Melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada debutnya hari ini, harga saham PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) lompat 8% pada pukul 09:10 WIB dari harga Rp 125 per saham pada penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) perseroan.
Pada Senin (25/7/2022) saham KRYA dibuka pada harga Rp 168 dan pagi ini bergerak di kisaran Rp 120 hingga Rp 168 dengan market cap Rp 209,63 miliar. Pada pukul 09.30 WIB, saham KRYA terpantau masih menguat 3,2% ke level Rp 129 per unit.
I Gede Nyoman Yetna, Direktur PT Bursa Efek Indonesia mengatakan KRYA menjadi emiten ke-28 pada tahun 2022 dan menjadi total 794 emiten di bursa saat ini.
"Sampai di stage yang membahagiakan pada pagi ini dan scale up dengan potensi pertumbuhan yang tidak terbatas," ungkap Nyoman Yetna, Senin (25/7/2022).
Dharmo Budiono, Direktur Utama Bangun Karya Perkasa mengatakan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu. Menurutnya kode saham KRYA akan selalu mengingatkan untuk selalu berkarya membangun negeri.
PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk merupakan perusahaan konstruksi nasional yang memiliki spesialisasi di bidang fabrikasi baja dan kontraktor umum.
KRYA menggelar Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)dengan melepas sejumlah 325 juta saham, setara dengan 20% dari modal disetor dan ditempatkan Perseroan dengan harga Rp 125 per saham.
Perseroan mempercayakan PT Indo Capital Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi dan Penjamin Emisi Efek.
KRYA juga menerbitkan Alokasi Saham Karyawan (Employee Stock Allocation atau ESA) sebanyak 1.625.000 atau 0,50% dari jumlah saham yang dikeluarkan dalam IPO sebagai apresiasi bagi para karyawan atas produktivitas kerja dan motivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Bersamaan dengan Penawaran Umum Saham Perdana, Perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 162,5 juta atau 12,50% Waran seri I, yang akan diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham yang ditawarkan yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan. Setiap pemegang 2 saham yang ditawarkan berhak mendapatkan 1 Waran seri I.
"Perseroan sangat memprioritaskan hubungan baik dan kepuasan pelanggan. Kami yakin dan percaya bahwa bisnis jasa konstruksi adalah suatu ikatan batin, bagaimana menjaga hubungan baik tersebut merupakan faktor positif yang membantu membangun brand positioning kami dengan para pelanggan maka dari itu di masa pandemi pun kami berhasil mencetak laba bersih yang membanggakan sehingga langkah Perseroan untuk melantai di BEI menjadi pendorong kinerja dan mengenalkan brand positioning Perseroan ke publik serta para investor baik dalam dan luar negeri serta meningkatkan struktur pendanaan dan tata kelola yang lebih baik," ungkap Dharmo dalam keterangan pers, Senin (25/7/2022).
5. Laba Bersih Cimory Lompat 59,4% Pada Semester I
PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) alias Cimory, membukukan kinerja yang moncer sepanjang semester pertama tahun ini.
Produsen susu dan produk olahannya ini membukukan laba bersih sebesar Rp 581,11 miliar pada enam bulan pertama tahun ini, meningkat 59,4% dari Rp 364,48 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Hal itu ditopang melonjaknya penjualan bersih. Penjualan bersih tercatat Rp 3,13 triliun, melonjak 98% dari Rp 1,58 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Seiring melonjaknya penjualan, beban pokok penjualan juga meningkat 116% dari Rp 824,33 miliar menjadi Rp 1,78 triliun.
Alhasil, laba kotor menjadi Rp 1,36 triliun pada semester I 2022, meningkat 79% dari Rp 757,4 miliar pada semester I 2021.
Laba per saham dasar juga meningkat menjadi Rp 73,24 per 30 Juni 2022, dibandingkan dengan Rp 54,04 per 30 Juni 2021.
6. Semester I, Laba Emiten Sawit TP Rachmat Tembus Rp 1,78 T
PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), perusahaan sawit milik TP Rachmat, mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,78 triliun pada semester I-2022, melesat 339% dibanding periode sama tahun lalu Rp 405,89 miliar.
Laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp 90, atau naik 328,6% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 21.
Kenaikan laba tersebut sejalan dengan penjualan yang melonjak 61,6% menjadi Rp 4,61 triliun dibanding semester I-2021 sebesar Rp 2,85 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan dikutip Senin (25/7/2022), sebagian besar pendapatan Triputra Agro dikontribusi dari penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit sebesar Rp 4,58 triliun atau 99,22% dari total pendapatan perseroan.
Sisanya sebesar Rp 20,7 miliar atau 0,43% dari total pendapatan berasal dari penjualan tandan buah segar dan Rp 14,52 miliar atau 0,3% dari penjualan karet.
Penjualan produk minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit meningkat 63,2% menjadi Rp 4,58 triliun pada enam bulan pertama 2022 dibanding periode sama tahun lalu Rp 2,8 triliun.
Kenaikan penjualan juga terjadi pada produk karet sebanyak 37,32% menjadi Rp 14,52 miliar dibanding semester I-2021 sebesar Rp 10,58 miliar. Sementara untuk penjualan tandan buah segar turun 47,62% menjadi Rp 20,7 miliar dibanding sebelumnya Rp 39,53 miliar.
7. Morgan Stanley Sebut Harga GOTO Kemahalan, Ini Dasarnya
Bank investasi raksasa asal Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley, menyebut bahwa saham teknologi GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) kemahalan (overvalued). Pada saat yang sama, lembaga ini juga memberikan peringkat underweight dengan target harga Rp 230.
Dalam laporannya Morgan Stanley mengamini bahwa super app seperti milik Gojek merupakan pintu gerbang bagi konsumer kawasan ASEAN yang baru terdigitalisasi. Akan tetapi, meski merupakan pemimpin di Indonesia, GOTO memiliki pangsa pasar (TAM) yang lebih kecil dibandingkan dengan kompetitornya kas yang lebih sedikit dan juga kurang menguntungkan.
"GoTo harusnya didagangkan (di harga) diskon, namun saat ini diperdagangkan pada 20x EV/Revenue 2023. Pemain lain di industri sejenis ada di ~2x," tulis analis MS, Mark Goodridge dan Da Wei Lee dalam laporannya.
Meski GOTO memiliki posisi yang bagus, akan tetapi jika dibandingkan dengan kompetitor regional menjadi kurang optimal. Analis MS menyebut dibandingkan dengan Sea Limited yang merupakan induk Shopee dan Grab, GOTO memiliki total addressable market (TAM) yang lebih kecil, tingkat potensi profitabilitas yang lebih rendah secara struktural dan jumlah kas yang lebih sedikit.
Analis MS memprediksi TAM GOTO akan tembus US$ 18 miliar pada 2025. Angka tersebut memang sangat besar tapi masih lebih kecil dari pangsa pasar Sea (US$ 30 miliar) dan Grab (US$ 20 miliar) di kawasan ASEAN. Hal ini karena GOTO yang lebih berfokus di pasar domestik Indonesia, sedangkan Grab dan Sea memiliki jaringan lebih luas. Selain itu analis MS juga menyebut bahwa GOTO telah kehilangan posisi puncak pemimpin pasar di sektor on-demand kepada Grab dan segmen e-commerce kepada Shopee.
Proyeksi MS menyebut GOTO baru akan memperoleh profitabilitas EBITDA di kedua segmen tersebut pada tahun 2024 dan 2025. GOTO juga diprediksi akan mencatatkan profitabilitas dalam EBITDA yang disesuaikan pada tahun 2025, tahun yang sama dengan Grab akan tetapi lebih lama setahun dibanding induk Shopee.
Meski demikian, besaran laba yang dihasilkan GOTO diprediksi akan jauh lebih kecil daripada yang dicatatkan oleh Grab dan Sea.
Dalam laporannya, analis MS menyebut bahwa base case harga saham GOTO berada di Rp 230 yang mana perusahaan diperkirakan kehilangan pangsa pasar di on-demand dan bertambah di segmen e-commerce. Bull case di Rp 430 apabila perusahaan mampu memenangkan pasar di dua segmen tersebut dan bear case di Rp 140 apabila GOTO kehilangan pangsa pasar di kedua segmen tersebut.
Saat saham GOTO diperdagangkan di harga Rp 300/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 355,31 triliun dan merupakan perusahaan dengan valuasi tertinggi kelima di Bursa Efek Indonesia. Sebelumnya, GOTO bahkan pernah menjadi perusahaan paling bernilai nomor tiga di Indonesia melewati Bank Mandiri (BMRI) dan Telkom Indonesia (TLKM).
Target harga dari Morgan Stanley tersebut berarti saham GOTO berada 43% lebih rendah dari harga penutupan perdagangan tertinggi tahun ini. Meski demikian, perusahaan masih menjadi yang terbesar kelima di bursa dengan target harga Rp 230 tersebut dan kapitalisasi pasarnya masih di atas Astra Indonesia (ASII).
(vap/vap)