
Dunia Makin 'Gelap'! Amerika Serikat & Eropa Mengkhawatirkan

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Perekonomian global semakin 'gelap', resesi sepertinya tinggal masalah waktu saja. Rilis data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) menunjukkan aktivitas bisnis mengalami kontraksi pertama dalam dua tahun terakhir. Hal yang sama juga mengalami hal yang sama. Alhasil, risiko terjadinya resesi dunia semakin membesar.
Isu resesi dunia membuat aset-aset berisiko kesulitan menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berkali-kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di atas 7.200 berbalik jeblok, hingga sempat menyentuh level 6.500.
Rupiah juga kesulitan menguat, dan saat ini masih di dekat Rp 15.000/US$.
S&P Global pada Jumat (22/7/2022) melaporkan rilis awal purchasing managers' index (CPI) komposit Juli turun menjadi 47,5 dari sebelumnya 52,3.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya adalah ekspansi.
Aktivitas bisnis terdiri dari dua sektor, manufaktur dan jasa. Sektor manufaktur masih berekspansi sebesar 52,3, menurun dari sebelumnya 52,7 Sementara sektor jasa merosot hingga menjadi 47, dari sebelumnya 52,7.
"Rilis awal PMI Juli menunjukkan kemerosotan yang mengkhawatirkan. Jika tidak memasukkan periode lockdown akibat pandemi Covid-19, output mengalami penurunan yang paling tajam sejak 2009, saat krisis finansial global," kata Chris Williamson, S&P Global Chief Business Economist, sebagaimana dilansir Reuters Sabtu, (25/7/2022).
Di zona euro, PMI komposit juga mengalami kontraksi akibat kemerosotan sektor manufaktur. PMI komposit Juli tercatat sebesar 49,4, turun dari bulan lalu 52. Angka pada bulan ini menjadi yang terendah sejak Februari 2021.
Amerika Serikat merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, zona euro yang terdiri dari 19 negara berada di urutan kedua. Beberapa raksasa ekonomi tergabung di zona euro yakni Jerman, Prancis dan Italia.
Ketika Amerika Serikat dan zona euro mengalami resesi, maka dunia juga terancam mengalami hal yang sama. Apalagi, perekonomian China juga mengalami pelambatan akibat masih terus menerapkan lockdown, meski sebagian wilayah saja.
Hasil polling Reuters menunjukkan probabilitas sebesar 40% Amerika Serikat mengalami resesi 12 bulan ke depan, dan 50% dalam dua tahun ke depan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sepertiga Warga AS Merasa Resesi Sudah Terjadi