Yuk Berhitung! BI Tahan Suku Bunga, Untung Atau Buntung?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan pada bulan ini. Keputusan BI di satu pihak akan sangat menopang pertumbuhan ekonomi serta daya beli. Di sisi lain, pasar keuangan Indonesia bisa goyang karena aset domestik menjadi kurang menarik.
BI memutuskan untuk menahan BI-Seven Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) di level 3,5%, kemarin. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan keputusan menahan suku bunga acuan didasari pada perlunya BI menjaga momentum pertumbuhan serta dengan mempertimbangkan laju inflasi inti yang masih terjaga.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan dipertahankannya suku bunga acuan akan meringankan dunia usaha. Pasalnya, suku bunga pinjaman diharapkan tidak akan naik selama BI-7DRR ditahan.
"Dengan dipertahankan suku bunga BI artinya belum mendorong peningkatan cost of borrowing yang selanjutnya akan mendukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga," tutur Josua, kepada CNBC Indonesia.
Sebagai catatan, Indonesia menggantungkan 56% pertumbuhannya kepada konsumsi rumah tangga. Jika laju konsumsi rumah tangga melandai maka pertumbuhan ekonomi diyakini akan melemah.
Konsumsi rumah tangga sendiri baru bisa tumbuh 4,34% pada kuartal II-2022, belum kembali ke level historisnya di kisaran 5%.
"Di saat bersamaan, (Ditahannya suku bunga) akan tetap mendorong permintaan kredit/pembiayaan dari sektor riil terhadap sektor jasa keuangan," ujarnya.
Pertumbuhan kredit memang sudah kembali ke level double digit pada Juni ini yakni 10,66% (year on year/yoy). Namun, pertumbuhan kredit rawan penurunan jika suku bunga meningkat.
Senada, ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga menjelaskan dampak paling positif dari dipertahankannya suku bunga acuan adalah masih terjaganya suku bunga kredit perbankan.
"Cost of fund gak naik jadi suku bunga kredit juga gak naik," tutur Andry.
Pinjaman dari perbankan masih menjadi sumber utama pembiayaan investasi di Indonesia. Suku bunga pinjaman yang terjaga diharapkan bisa meningkatkan gerak investasi di Tanah Air.
Berdasarkan data Otorita Jasa Keuangan (OJK), rata-rata suku bunga dasar kredit korporasi kini ada di angka 8,04% sementara kredit pemilikan rumah (KPR) ada di 8,74%. Suku bunga kredit masih jauh dari BI-7DRR yang ada di angka 3,5%.
![]() Suku bunga perbankan |
Ekonom BCA Lazuardin Thariq dan Barra Kukuh Mamia dalam laporannya BI Policy: A show of confidence mengatakan dipertahankannya suku bunga menunjukkan konsistensi BI dalam menjaga pertumbuhan.
Barra mengatakan ekspor Indonesia memang tampil impresif pada tahun ini karena lonjakan harga komoditas. Namun, perlambatan ekonomi global bisa menggerus nilai ekspor sehingga perlambatan bisa terjadi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Juni 2022 mencapai US$ 26,09 miliar. Nilai ekspor Juni adalah yang tertinggi ketiga setelah April 2022 (US$ 27,32 miliar) serta Maret 2022 (US$ 26,50 miliar).
Secara keseluruhan, ekspor pada Januari-Juni atau semester I tahun ini tercatat US$ 141,07 miliar atau melonjak 37,11% dibandingkan periode yang sama sebelumnya.
"Outlook harga komoditas sudah mulai memburuk. Komoditas memang sudah mendapatkan banyak profit di awal karena kondisi supernormal pada pasar komoditas tetapi beberapa harga komoditas sudah melemah," tutur Barra Kukuh Mamia.
Seperti diketahui, kenaikan harga komoditas tidak hanya menguntungkan negara dalam bentuk lonjakan penerimaan tetapi juga kenaikan pendapatan bagi pekerja di daerah yang menjadi kantong-kantong penghasil komoditas seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua.
Kenaikan pendapatan akan meningkatkan daya beli yang berujung pada membaiknya pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, harga komoditas yang melanda bisa menyusutkan daya beli dan pertumbuhan.