
Bunga Acuan BI Tetap, Pasar Khawatir Asing Tarik Uang

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan analis merespons positif kebijakan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,50%. Namun demikian ada kekhawatiran nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan semakin tertekan.
Associate Director of Research Pilarmas Investindo, Maximilianus Nicodemus mengungkapkan kalau langkah BI untuk menahan suku bunga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Hanya saja, kata Nico, pelaku pasar dan investor khawatir terkait dengan mengecilnya spread premi tingkat suku bunga antara Bank Indonesia dengan The Fed..
"Apalagi seperti yang kita ketahui, The Fed pekan depan akan menaikkan tingkat suku bunga, berpotensi sebesar 75 bps hingga 100 bps. Tentu saja hal ini akan membuat daya tarik investasi di Indonesia semakin kurang menarik. Apalagi di tambah, capital outflow juga berpotensi semakin besar, yang akan mendorong Rupiah semakin melemah," kata Nico kepada CNBC Indonesia, Kamis (21/7/2022).
Di sisi lain, Nico mempertanyakan seyakin apa Bank Indonesia terhadap fundamental Indonesia?
Namun, Nico mengapresiasi langkah BI karena menurutnya, Bank Indonesia tidak bisa menyenangkan semua orang dan BI memilih untuk menjaga proses stabilitas pemulihan ekonomi nasional.
"Ke depan yang perlu dilakukan adalah mempercantik fundamental dan fiskal berjalan dalam negeri. Hal ini yang akan tetap membuat Indonesia memiliki daya tarik untuk menaruh investasi sekalipun Indonesia merupakan negara Emerging Market," ungkap Nico.
Adapun untuk sementara waktu, Nico memprediksi akan ada koreksi yang wajar karena mungkin pelaku pasar dan investor menginginkan Bank Indonesia dapat melakukan lebih.
Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers yang berlangsung hari ini mengatakan kebijakan BI ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi serta upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah peningkatan tekanan eksternal terkait meningkatnya risiko stagflasi diberbagai negara.
Sementara itu, Analisis Bahana Sekuritas Dimas Wahyu menilai langkah BI untuk menahan suku bunga akan berdampak baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, core inflation masih terjaga di range 2-4%.
"Ditambah lagi harga energi juga masih ditahan sehingga diharapkan sektor ekonomi bisa bertumbuh dan daya beli masyarakat tetap terjaga," ungkap Dimas kepada CNBC Indonesia.
Dimas menilai BI tidak seagresif bank-bank central negara lain karena fokus ke ekonomi domestik dan core inflasi tetap terjaga.
"BI belum saatnya merespons dengan kebijakkan menaikkan BI 7 Days. BI saat ini menjaga stabilitas di bonds market alternatif selain menaikkan suku bunganya," tegas Dimas.
Dimas memprediksi nanti jika core inflation di atas tiga kemungkinan akan naik 25 bps sekaligus untuk meredam capital outflow.
Untuk IHSG hari ini, Dimas mengatakan ada koreksi teknikal karena kemarin terjadi shootingan saham-saham big cap terutama banking yang dibuka open up.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Sudah Duluan, Kenapa BI Belum Naikkan Bunga?