
Yuk Berhitung! BI Tahan Suku Bunga, Untung Atau Buntung?

Kendati memberikan sejumlah dampak positif, kebijakan BI dalam mempertahankan suku bunga acuan juga bisa berdampak buruk ke sejumlah sektor, terutama pasar keuangan.
Kemarin,rupiah melemah 0,3% ke Rp 15.030/US$. Artinya, untuk pertama kalinya sejak 5 Mei 2020 rupiah mengakhiri perdagangan di atas Rp 15.000/US$.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup melemah tipis 0,15% di 6.864,13. Sementara itu, mayoritas investor kembali melepas SBN, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor.
Yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menanjak sebesar 2 bp ke 7,484% pada perdagangan hari ini.
"Kebijakan menahan suku bunga dalam jangka pendek akan membuat yield SBN naik. Namun, kenaikan yield nantinya akan menjadi daya tarik perbankan sehingga mereka kembali masuk," tutur Barra.
Dengan dipertahankannya BI-7DRR di angka 3,5% maka required rate of return (RRR) menjadi terbatas sehingga banyak investor yang menjual obligasi pemerintah.
Nilai tukar rupiah juga terancam melemah karena dipertahankannya suku bunga acuan. Barra menjelaskan nilai tukar emerging market sangat dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga dan laju inflasi karena hal itu mempengaruhi real rate investor. Dengan laju inflasi yang kencang sementara suku bunga tetap maka real rate bisa berkurang.
Sebagai catatan, inflasi Indonesia menembus 4,35% (yoy) pada Juni sementara BI-7DRR ada di angka 3,5% sehingga real rate menjadi minus.
"Suku bunga yang lebih tinggi bisa memperkuat nilai tukar terutama karena adanya tekanan imported inflasi karena daya beli konsumen yang menguat," imbuhnya.
Ekonom DBS Radhika Rao mengatakan dipertahankannya suku bunga acuan BI akan mempengaruhi rupiah dan yield obligasi pemerintah. Dia menjelaskan di tengah ketatnya suku bunga acuan di tingkat global, kenaikan suku bunga acuan BI sebenarnya bisa berdampak positif terhadap pergerakan yield SBN dan nilai tukar.
"Rupiah masih dalam tekanan karena ketidakpastian global," ujar Rao, dalam keterangannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]