Top Gainers-Losers

AXIO Pendatang Baru, Tapi Merangsek ke Jajaran Top Gainers!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 July 2022 06:20
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun cenderung tipis pada perdagangan Rabu (20/7/2022) kemarin, setelah Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5%. Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut turun 0,15% ke posisi 6.864,13. 

Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG sejatinta sempat naik tipis 0,07% di posisi 6.879,72. Namun, 2 menit berselang, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga akhir perdagangan.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 17 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 264 saham menguat, 224 saham melemah, dan 193 lainnya mendatar.

Investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 538,78 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 484,37 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 54,41 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Saat IHSG turun cenderung tipis-tipis, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten produsen laptop bermerek Axioo yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu lalu yakni PT Tera Data Indonusa Tbk (AXIO) memimpin jajaran top gainers kemarin. Saham AXIO ditutup meroket 26,98% ke posisi harga Rp 240/saham.

Nilai transaksi saham AXIO pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 222,41 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 923,53 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham AXIO sebesar Rp 225,43 juta di pasar reguler.

Kemarin merupakan perdagangan hari kedua pasca AXIO resmi melantai di bursa pada Rabu lalu. Perusahaan produsen laptop merek Axioo tersebut menetapkan harga penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 140/saham.

Perseroan menawarkan sebanyak 1,04 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 25 per saham yang mewakili sebanyak 17,81% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah IPO. Dengan demikian, perseroan bakal meraup dana sebesar Rp 145,6 miliar dari aksi korporasi ini.

Adapun seluruh dana Hasil Penawaran Umum, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan digunakan untuk, sekitar 90% untuk modal kerja (working capital) untuk menunjang peningkatan penjualan Perseroan berupa keperluan pembelian bahan baku komponen dan suku cadang produk Perseroan yang meliputi LCD, motherboard, SSD, RAM, dan lainnya.

Selain itu, akan digunakan pula oleh Perseroan untuk pembiayaan piutang usaha, peningkatan kualitas Human Capital Development atau SDM melalui pengembangan melalui pelatihan internal maupun eksternal serta pengembangan channel distribusi melalui tenaga pemasaran dan perluasan cakupan service centre pada area pemasaran Perseroan.

Sisanya yakni 10% akan digunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) antara lain untuk perluasan area gudang dan produksi yang berlokasi di pabrik saat ini dan pembelian peralatan pendukung produksi.

Alat yang dibeli berupa conveyor line, forklift, racking management, serta mesin berupa surface mounting technology (SMT) untuk keperluan produksi motherboard dan alat pendukung pengembangan berupa alat tes hasil produksi (quality control kit).

Pembelian ini untuk memenuhi kenaikan volume permintaan dan penjualan tahun 2022 dan ke depannya serta dapat meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan proses produksi AXIO.

Selain saham baru AXIO, terdapat pula saham emiten induk peritel Grup Salim pemilik minimarket Indomaret yakni PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), di mana harga sahamnya melonjak 17,84% ke posisi Rp 4.030/saham.

Nilai transaksi saham DNET pada perdagangan kemarin mencapai Rp 98,76 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan hanya sebanyak 27.900 lembar saham. Asing juga mengoleksi saham DNET sebesar Rp 2,3 juta di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 11 Juli hingga kemarin, saham DNET tercatat hanya mencetak koreksi sebanyak 2 kali, sedangkan sisanya menguat 4 kali dan stagnan sebanyak 3 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham DNET melonjak 19,23%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, DNET telah melesat hingga 22,12%.

Belum ada informasi signifikan terkait kenaikan harga saham DNET yang cukup signifikan. Tetapi, perseroan optimistis atas prospek entitas anak dan asosiasi di tahun 2022, di mana kinerja bisnis diproyeksikan bertumbuh lewat bisnis KFC, Indomaret, Sari Roti, serta FiberStar.

Untuk diketahui, DNET merupakan induk usaha atas entitas asosiasi PT Indomarco Prismatama (Indomaret), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Fastfood Indonesia Tbk (FAST) dan induk dari entitas anak, yaitu PT Mega Akses Persada (MAP/ FiberStar).

Adapun secara konsolidasi, pendapatan Indoritel di kuartal pertama tahun 2022 tumbuh 66,2% menjadi Rp 225 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 135 miliar.

Di tahun ini, PT Indomarco Prismatama (Indomaret) ditargetkan dapat membuka sebanyak 1.200 gerai baru. Hingga akhir semester I-2022, jumlah total gerai Indomaret berjumlah sekitar 20.200 gerai.

Saat IHSG turun, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Losers

Saham perdagangan besar bahan konstruksi dan perlengkapan bahan bangunan yakni PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top losers pada perdagangan kemarin.

Saham BEBS sudah berada di jajaran top losers sejak perdagangan Rabu lalu. Saham BEBS juga sempat masuk ke jajaran top gainers pada perdagangan Senin awal pekan ini.

Saham BEBS ditutup ambruk 6,92% ke posisi harga Rp 4.840/saham. Dengan ini, maka saham BEBS menyentuh batas auto rejection bawahnya (ARB) kemarin.

Nilai transaksi saham BEBS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 140,17 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 27,79 juta lembar saham. Investor asing melepas saham BEBS sebesar Rp 6,79 miliar di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 11 Juli hingga kemarin, saham BEBS terpantau mencetak penguatan sebanyak 5 kali dan koreksi sebanyak 4 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham BEBS masih melesat hingga 9,5%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, BEBS juga masih melonjak 13,08%.

Dari kinerja keuangannya, BEBS mencatatkan kenaikan laba bersih 104,96% menjadi Rp 82,19 miliar secara tahunan (year-on-year/yoy) per Juni 2022, dari tahun sebelumnya Rp 40,1 miliar. BEBS Juga mencatatkan penjualan Rp 345 miliar, naik 89,41% (yoy), dari sebelumnya Rp 182,55 miliar.

Selain saham BEBS, terdapat pula saham emiten perdagangan komponen elektonik dan komponen sepeda yakni PT Gaya Abadi Sempurna (SLIS), di mana harga sahamnya ambles 6,67% ke posisi Rp 182/saham dan menyentuh batas ARB-nya kemarin.

Nilai transaksi saham SLIS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 26,67 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 137,89 juta lembar saham. Asing juga melepas saham SLIS sebesar Rp 6,44 miliar di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 11 Juli hingga kemarin, saham SLIS terpantau mencetak penguatan sebanyak 6 kali dan koreksi sebanyak 3 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham SLIS terkoreksi 2,67%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, SLIS ambles 35,92%.

Saham SLIS sempat menikmati masa-masa indah di periode Januari 2021 sampai Agustus 2021. Kala itu, para pemegang sahamnya akan menikmati 'cuan' berlimpah. Sebagai gambaran, di rentang 4 Januari 2021 sampai 12 Agustus 2021, harga saham SLIS meroket 194,30%.

Asal tahu saja, SLIS merupakan produsen barang elektronik, seperti lampu dan kipas angin. Selain itu, perusahaan ini juga memproduksi sepeda listrik dan motor listrik.

Prospek bisnis motor listrik sebenarnya tergolong cerah di tengah tumbuhnya ekonomi hijau atau green economy, kendati masih dibutuhkan sejumlah pengembangan dan pertimbangan di beberapa aspek.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular