Dow Futures Lompat 1% Lebih, Jelang Rilis Laporan Keuangan

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
18 July 2022 17:59
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Senin (18/7/2022), di mana musim rilis kinerja keuangan akan kembali dimulai pekan ini.

Kontrak futures indeks Dow Jones naik 300 poin atau 1%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat tajam masing-masing sebesar 1,1% dan 1,3%.

Bank of America, Goldman Sachs dan Charles Schwab dijadwalkan akan merilis kinerja keuangannya sebelum perdagangan dibuka. Disusul oleh IBM yang akan merilis kinerja keuangannya setelah perdagangan ditutup hari ini.

Tidak hanya itu, Johnson & Johnson, Netflix, Lockheed Martin, Tesla, United Airlines, Union Pacific, Verizon juga berada dalam daftar perusahaan yang akan merilis kinerja keuangannya pekan ini.

Sementara JPMorgan Chase dan Morgan Stanley telah merilis kinerja keuangannya pekan lalu yang menunjukkan hasil yang beragam.

Rata-rata indeks utama masih menurun, meskipun sempat reli pada Jumat (15/7) bahkan indeks Dow Jones melonjak lebih dari 650 poin. Di sepanjang pekan ini, indeks Dow Jones masih turun 0,16%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq yang terkoreksi masing-masing sebesar 0,93% dan 1,57%.

Reli pada Jumat (15/7) terjadi karena investor bertaruh bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kurang agresif daripada yang ditakuti pada pertemuan mendatang.

Wall Street Journal juga melaporkan bahwa The Fed berada di jalur untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) pada pertemuan di akhir bulan ini.

Kepala Analis Goldman Sachs Jan Hatzius juga mengatakan dalam catatannya pada Minggu (17/7) bahwa dia memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 0,75 poin persentase.

Namun, rata-rata indeks utama masih mengalami pekan negatifnya selama dua pekan beruntun dari tiga pekan perdagangan. Kekhawatiran resesi telah menjadi sentimen utama dalam pekan ini karena pelaku pasar khawatir bahwa tindakan agresif dari The Fed yang berupaya menjinakkan inflasi yang tinggi akan membawa ekonomi ke dalam resesi.

"Pasar kemungkinan akan tetap bergejolak dalam beberapa bulan mendatang dan perdagangan berdasarkan harapan dan ketakutan tentang pertumbuhan ekonomi dan inflasi," tutur Kepala Investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele dalam catatan pada klien dikutip CNBC International.

Sejumlah data ekonomi mendorong aksi liar di pasar pekan lalu.

Inflasi per Juni mencapai 9,1% dan melampaui ekspektasi pasar, serta menjadi kenaikan terbesar sejak 1981. Hal tersebut membuat pasar memprediksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya hingga persentase penuh di akhir Juli.

Namun, pada akhir pekan, beberapa dari ketakutan itu mundur karena angka penjualan ritel yang kuat serta komentar dari pejabat The Fed.

Tom Lee, Analis Fundstrat Global Advisors mengaitkan beberapa reli pada Jumat (15/7) dengan angka penjualan ritel yang menunjukkan ekonomi melambat tapi tidak rusak.

"Menurut saya, hal tersebut akan mendorong The Fed lebih terukur... saya pikir risiko kenaikan jauh lebih besar daripada risiko penurunan," tuturnya, seraya menambahkan bahwa dia berada di kubu dengan saham yang telah mencapai titik terendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Suku Bunga AS Naik Pekan Depan, Dow Futures Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular