
Dampak Krisis Nyata, Mulai Hampiri Fintech, Ini Buktinya!

Turunnya valuasi Stripe dan sejumlah perusahaan fintech lainnya didorong oleh pelemahan perusahaan sejawat di bursa saham. Saham perusahaan fintech yang diperdagangkan secara publik telah anjlok dalam beberapa bulan terakhir, membuat Stripe dkk terlihat sangat overvalued.
Banyak investor publik telah menjual saham di perusahaan pembayaran seperti Adyen yang berbasis di Amsterdam, sahamnya turun lebih dari 40% sejak awal tahun. Akan tetapi, ini masih lebih baik dari sejumlah perusahaan lain yang harga sahamnya turun lebih dari 60%
Pemroses pembayaran PayPal Holdings Inc., yang sering dibandingkan dengan Stripe oleh investor, telah mengalami penurunan saham lebih dari 60% sejak 1 Januari dengan valuasi terkini hanya berada di level US$ 80 miliar saja turun dari semula mencapai US$ 225 miliar pada awal tahun.
Selain itu ada juga perusahaan fintech rintisan Jack Dorsey yang secara agresif mendorong adaptasi aset kripto di AS. Kapitalisasi pasar Block yang semula bernama Square turun 62% menjadi US$ 36 miliar. Selanjutnya ada perusahaan fintech Affirm yang baru melantai di Nasdaq tahun lalu yang telah kehilangan 77% kapitalisasi pasarnya tahun ini.
Dari bursa saham dalam negeri, saat ini memang belum terdapat fintech yang melantai di bursa secara langsung. Akan tetapi banyak dari fintech-fintech besar RI memiliki proksi ke pasar modal melalui akuisisi bank mini yang disulap menjadi bank digital untuk menggerakkan bisnis perusahaan dalam beberapa tahun ke belakang ini.
Sejumlah bank digital milik fintech RI kinerja sahamnya juga ikut tertekan dalam tahun ini, dengan bank digital milik Akulaku, Bank Neo Commerce (BBYB) memimpin pelemahan dengan sahamnya terkoreksi hingga 51% tahun ini. Selanjutnya GoPay dan GoTo Finansial ikut menyaksikan investasinya tereduksi signifikan dengan saham Bank Jago melemah 43% tahun ini. Ada juga Bank Bumi Arta (BNBA) yang baru diakuisisi startup unicorn Ajaib telah kehilangan 51% kapitalisasi pasarnya tahun ini.
Sejumlah bank digital lainnya juga ramai-ramai mengalami pelemahan tahun ini, meski angkanya tidak separah tiga emiten yang disebutkan di atas. Bank Bisnis Internasional (BBSI) yang diakuisisi fintech Kredivo melemah 9% tahun ini.
Terakhir, sejumlah perusahaan fintech lokal yang merupakan entitas yang berdiri sendiri masih tidak kunjung sukses memperoleh pendanaan publik. Induk Kredivo, FinAccel yang sebelumnya telah berencana menggalang dana di Wall Street lewat SPAC, ternyata diketahui kesepakatannya gagal. Sementara itu Akulaku yang didukung Ant Group milik Jack Ma juga telah mengungkapkan keinginan serupa awal tahun ini dan mengharapkan valuasi US$ 2 miliar, akan tetapi hingga saat ini belum ada informasi lanjutan terkait finalisasi kesepakatan SPAC tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RCI/dhf)[Gambas:Video CNBC]