Harga Komoditas Berguguran, Jurang Resesi di Depan Mata?

Maesaroh, CNBC Indonesia
Kamis, 14/07/2022 14:37 WIB
Foto: Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) melakukan aksi unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa, (17/5/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga sejumlah komoditas energi dan pangan mulai melandai. Melemahnya harga disebabkan kekhawatiran akan terjadinya resesi dan melemahnya permintaan.

Indeks harga pangan yang dirilis oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO) pada Juni tahun ini tercatat 154,2, melandai 2,3% dibandingkan Mei. FAO Food Price Index sudah melemah tiga bulan beruntun. Kondisi ini berbanding terbalik pada Maret lalu di mana indeks terbang ke 159,7 dari 141,1 pada Februari.

FAO mencatat harga minyak nabati, sereal, dan gula turun. Sebaliknya, harga produk dairy dan daging meningkat. Penurunan tajam terjadi pada gandum. Harga gandum sudah anjlok 22,7% dalam sebulan menjadi US$ 811,50 per bushel. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada awal Maret atau saat perang Rusia vs Ukraina baru dimulai, yang hampir menyentuh US$ 1.300 per bushel.


Panen raya di sejumlah pusat produksi gandum seperti Kanada, produksi yang diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan, serta melemahnya permintaan global membuat harga gandum terus menurun. "Kekhawatiran akan melemahnya permintaan dan tanda tanda perlambatan ekonomi menambah tekanan kepada harga gandum," tulis FAO.

Harga kedelai sudah melemah 6,13% sebulan terakhir menjadi US$ 1.589 per bushel. Harganya sudah turun jauh dibandingkan pada pertengahan Juni yang ada di kisaran US$ 1.700 per bushel.

Harga minyak nabati seperti minyak sawit mentah (CPO) juga sudah jauh melandai. Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) pada pagi hari ini ada di posisi MYR 3.861/ton, terendah sejak 5 Juli 2021. Kondisi ini berbanding terbalik pada April di mana CPO masih diperdagangkan di kisaran MYR 6.000 per ton.

Harga CPO telah membalikkan keuntungan yang didapatnya di sepanjang tahun ini. Kini, harga CPO drop 7,48% secara year-on-year(yoy). Bahkan, secara bulanan harga CPO anjlok 31,75% dan ambles 6,74% di sepanjang pekan ini.



Analis Perkebunan CGS-CIMB Research Ivy Ng bahwa tren penurunan harga CPO disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang lamban dan ekspektasi pasokan minyak sawit yang lebih tinggi di semester II tahun ini. Ivy Ng menilai kelebihan pasokan CPO Indonesia dapat memakan waktu selama satu atau dua bulan ke depan untuk mereda, tergantung kebijakan pemerintah sebelum situasi di pasar nabati menjadi normal.

Harga kapas yang sempat melonjak juga melemah ke US% 94,25 per pon, level terendahnya dalam 42 pekan. Peningkatan produksi di Amerika Serikat serta melemahnya permintaan dari China dan Bangladesh membuat harga kapas semakin lemas.


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?

Pages