Harga Komoditas Berguguran, Jurang Resesi di Depan Mata?

Maesaroh, CNBC Indonesia
14 July 2022 14:37
UKRAINE-CRISIS/DONETSK REGION
Foto: REUTERS/GLEB GARANICH

Tak hanya komoditas pangan, Trading economics juga melaporkan penurunan harga signifikan untuk komoditas logam dan komoditas untuk sektor industri, mulai dari emas hingga baja. Harga emas sudah amblas 5,8% sebulan dan 5,6% setahun karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan di negara-negara maju.

Bijih besi juga amblas 20,51% sebulan dan 50,8% setahun karena melemahnya permintaan. Harga baja sudah menyusut 15,7% sebulan dan 20,6% setahun.

Komoditas yang dimanfaatkan untuk sektor industri juga terus melandai. Harga aluminum sudah anjlok 8,05% sebulan sementara nikel amblas 16,2% sebulan.

Harga nikel saat ini ada di kisaran US$ 21.094 per ton. Harga tersebut jauh di bawah yang diperdagangkan pada awal perang Rusia-Ukraina.

Harga nikel pada perdagangan 8 Maret sempat melonjak 250% mencapai US$ 101.350 per ton. Perdagangan nikel di bursa logam London, LME, bahkan harus ditangguhkan.

Edward Yardeni, Presiden Yardeni Research, mengatakan melandainya harga komoditas merupakan penanda awal dari menguatnya sentimen resesi. "Saat ini ada pelemahan pada harga komoditas. Ini bisa menjadi tanda bahwa perekonomian global telah melambat," tutur Yardeni, kepada Barron's.

Helima Croft dari RBC Capital Markets, menyampaikan hal yang sama. Resesi kini menjadi kekhawatiran global dan bisa membuat hard landing pada ekonomi.

"Ketakutan akan terjadinya resesi global menjadi isu yang paling penting saat ini, membuat isu inflasi mereda. Melandainya harga komoditas menjadi kekhawatiran baru karena bisa menjadi tanda hard landing ekonomi dan penurunan tajam pada permintaan," tuturnya.

Bank Dunia dalam laporannya Global Economic Prospects mengatakan lonjakan harga komoditas akan mereda setelah bank sentral di banyak negara mengetatkan kebijakan moneternya. Pengetatan kebijakan akan memperlambat pertumbuhan karena permintaan menurun.

Resesi yang terjadi pada periode sebelumnya seperti pada 1975 juga awalnya dipicu lonjakan komoditas minyak mentah pada 1973, momentum yang dikenal sebagai Oil Boom. Inflasi melonjak dan kemudian pertumbuhan melambat dan resesi terjadi pada 1975.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular