Harga Komoditas Berguguran, Jurang Resesi di Depan Mata?

Maesaroh, CNBC Indonesia
14 July 2022 14:37
Pom bensin Shell Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (1/7/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pom bensin Shell Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (1/7/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Harga minyak mentah dunia brent sudah terlempar dari level US$ 100 per barel sejak Selasa (12/7/2022) setelah selalu menembus di atas US$ 100 per barel sejak akhir Februari 2022. Harga minyak mentah dunia melesat setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada 25 Februari lalu. Harga minyak bahkan menyentuh rekor tertinggi dalam 14 tahun terakhir pada awal Maret tahun ini.

Kendati harga minyak melandai tetapi harga komoditas tersebut masih bisa naik sewaktu-waktu. Pemulihan ekonomi China, ketidakmampuan negara OPEC dalam memenuhi target, serta meningkatnya mobilitas bisa kembali melambungkan harga minyak mentah dunia.


"Harga minyak mentah masih sangat volatil karena ketidakpastian di pasar komoditas. Kami masih memperkirakan jika pasar minyak mentah dunia masih ketat dan melandainya harga hanyalah sementara. Permintaan minyak diperkirakan masih akan tinggi," tulis UBS Group AG dalam laporannya  What do falling commodity prices mean for inflation?

Melandainya harga minyak mentah menjadi kabar baik bagi Indonesia yang merupakan net importir minyak mentah. Jika harga minyak melandai maka beban subsidi energi bisa ditekan.

Pemerintah pada pertengahan Mei 2022 sudah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM serta tariff listrik untuk kalangan tertentu. Pemerintah memilih untuk menambah subsidi energi dan dana kompensasi hingga Rp 502,4 triliun.

Subsidi dan kompensasi dengan mempertimbangkan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) ada di angka US$ 100 per barel. Merujuk pada data Kementerian ESDM, rata-rata harga ICP hingga Juni 2022 mencapai US$ 104 per barel.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sinyal tidak akan menaikkan harga energi subsidi, seperti BBM jenis Pertalite, Elpiji 3 kg, hingga listrik subsidi. Menurutnya, anggaran masih mampu untuk menalangi kenaikan harga energi

"Sampai akhir tahun saya rasa APBN mampu menahan subsidi energi termasuk BBM. Saat ini anggarannya Rp 502 triliun, pilihannya memang sulit," ujar Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media Massa, Rabu (13/7/2022).

Sebelumnya, ekonom BCA David Sumual mengatakan pemerintah mendapatkan  banyak windfall dari kenaikan harga komoditas yang bisa digunakan untuk menambal subsidi. Namun, anggaran belum tentu mencukupi jika harga minyak mentah melejit ke atas US$150 per  barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular