Dolarnya Turun 3 Hari, Singapura Bakal Resesi Juga?
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura turun 3 hari beruntun melawan rupiah hingga pertengahan perdagangan Rabu (13/6/2022). Isu resesi masih terus membayangi pergerakan pasar mata uang.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura siang ini menyentuh Rp 10.626/SG$, melemah 0,14% di pasar spot.
Banyak negara diperkirakan akan mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan, tetapi Singapura bukan salah satunya. Setidaknya hal tersebut diungkapkan pemerintah Singapura.
Alvin Tan, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Singapura mengatakan Singapura tidak akan mengalami resesi atau pun stagflasi pada tahun depan, meski demikian tetap menghadapi tantangan yang berat.
Saat berbicara di hadapan parlemen, Tan mengatakan sejauh ini perekonomian dalam negeri masih resilien meski terjadi peningkatan inflasi.
Data yang Biro Statistik Singapura pada bulan lalu menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) tumbuh 5,6% year-on-year (yoy), dari bulan sebelumnya 5,4% (yoy). Inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir, tepatnya sejak November 2011.
Inflasi inti juga semakin menanjak menjadi 3,6% (yoy) dibandingkan April 3,3% (yoy).
Dengan tingginya inflasi yang menggerus daya beli masyarakat, pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 diperkirakan masih dalam target 3% - 5%, meski akan lebih dekat ke batas bawah.
"Untuk tahun depan, pertumbuhan ekonomi akan moderat, tetapi pada tahap tersebut tidak akan terjadi resesi atau pun stagflasi," kata Tan, sebagaimana dilansir Channel News Asia Senin (4/7/2022). Sementara untuk inflasi diperkirakan masih akan menanjak lagi beberapa bulan ke depan.
"Inflasi kemungkinan masih akan menanjak dalam beberapa bulan ke depan, tetapi seharusnya akan mulai melandai di akhir tahun ini jika tekanan inflasi dari eksternal mulai menurun," ujar tan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)