Amerika Sudah Resesi & Rakyatnya Makin Miskin, Beneran?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 July 2022 08:05
Biden
Foto: AP/Evan Vucci

Suatu perekonomian dikatakan mengalami resesi jika produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi (minus) selama dua kuartal beruntun secara tahunan (year-on-year/yoy).

PDB Amerika Serikat sudah mengalami kontraksi 1,6% pada kuartal I-2022, artinya jika pada April - Juni lalu kembali minus maka Negeri Paman Sam sekali lagi mengalami resesi. Artinya, apa yang dikatakan sepertiga warga AS jika resesi seperti yang disurvei CivicScience adalah benar adanya.

Namun, data tenaga kerja AS sedikit berkata lain. Pada Jumat pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Juni perekonomian mampu menyerap 372.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP), jauh lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebesar 250.000 tenaga kerja.

Sementara itu tingkat pengangguran tetap 3,6%, dan rata-rata upah per jam naik 5,2% year-on-year (yoy), juga lebih tinggi dari estimasi Dow Jones 5% (yoy).
Dengan kuatnya pasar tenaga kerja, The Fed diperkirakan akan kembali mengerek suku bunga 75 basis poin di bulan ini.

"Kenaikan rata-rata upah memberikan arti The Fed akan semakin agresif dalam beberapa bulan ke depan," kata Andrew Hunter, ekonom senior di Capital Economics, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (8/7/2022).

Selain itu, dengan pasar tenaga kerja yang kuat, perekonomian AS diperkirakan tidak akan mengalami resesi di pertengahan 2022, meski di kuartal I-2022 produk domestik bruto (PDB) berkontraksi 1,6%.

"Data tenaga kerja bulan Juni sangat kuat, bahkan lebih kuat dari perkiraan. Pertumbuhan tenaga kerja di atas konsensus, tingkat pengangguran masih dekat rekor terendah beberapa dekade, dan kenaikan upah solid. Ini data tenaga kerja yang sangat kuat dan menunjukkan perekonomian AS tidak mendekati resesi di pertengahan 2022," kata Gus Faucher, kepala ekonom di PNC Financial Services Group, sebagaimana dilansir CNBC International.

Di sisi lain, perusahaan Challenger, Gray & Christmas melaporkan sepanjang Juni ada rencana PHK sebanyak 32.517 pekerja di berbagai perusahaan. Angka tersebut melesat 57% dari bulan sebelumnya dan tertinggi sejak Februari 2021. Perusahaan otomotif dilaporkan memiliki rencana PHK paling banyak, yakni 10.198.

"Para pengusaha mulai merespon tekanan finansial dan pelambatan permintaan dengan pemangkasan biaya. Pasar tenaga kerja masih ketat, tetapi mungkin akan melemah dalam beberapa bulan ke depan" kata Andrew Challenger, vice presiden Challenger, Gray & Christmas, sebagaimana dilansir CNBC International.

Apakah Amerika Serikat benar sudah mengalami resesi akan terlihat dari rilis data PDB kuartal II-2022. Pun jika masih tumbuh positif, resesi sepertinya hampir pasti akan terjadi jika The Fed terus menaikkan suku bunga, hanya masalah waktu saja.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular