Awas! Kalau Dunia Resesi, Ini Dampak Buruknya Bagi RI

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 July 2022 14:45
[THUMB] Resesi Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi di dunia diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat akibat negara-negara dengan perekonomian "raksasa" tengah menghadapi inflasi yang tinggi, daya beli masyarakatnya pun tergerus. Untuk diketahui, belanja rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian.

Apalagi, dengan langkah bank sentral yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga guna meredam inflasi. Resesi pun di depan mata.

Bank sentral AS (The Fed) menjadi yang paling agresif. Sepanjang tahun ini sudah 3 kali menaikkan suku bunga, termasuk 75 basis poin pada bulan lalu menjadi 1,5% - 1,75%. Di bulan ini, bank sentral paling powerful di dunia ini juga akan kembali menaikkan sebesar 50 - 75 basis poin dan di akhir tahun suku bunga diproyeksikan berada di 3,25% - 3,5%.

Suku bunga dikatakan pro pertumbuhan ekonomi di AS yakni di bawah 2,5%. Sementara atasnya akan memicu kontraksi ekonomi.

Sinyal Amerika akan mengalami resesi terlihat dari yield Treasury kembali mengalami inversi.

Inversi tersebut terjadi setelah yield Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi ketimbang tenor 10 tahun. Dalam kondisi normal, yield tenor lebih panjang akan lebih tinggi, ketika inversi terjadi posisinya terbalik.

Sebelumnya inversi juga terjadi di bulan April lalu, dan menjadi sinyal kuat akan terjadinya resesi di Amerika Serikat.

Berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya. Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal).

Setelah rilis riset tersebut, inversi yield terjadi lagi di Amerika Serikat pada 2019 lalu yang diikuti dengan terjadinya resesi, meski juga dipengaruhi oleh pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Ketika Amerika Serikat mengalami resesi, negara-negara lainnya juga akan terkena dampak buruknya. Masalahnya tidak hanya AS, negara-negara dengan nilai perekonomian besar juga diperkirakan akan mengalami resesi akibat menaikkan suku bunga dengan agresif guna meredam inflasi.

"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).

Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.

"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.

Ketika dunia mengalami resesi, Indonesia juga akan terkena dampak buruknya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ekspor dan Investasi Seret

Ekspor dan Investasi Seret
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading