Tak Sekedar Resesi, Amerika Bakal Alami Double Dip Recession!

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 October 2022 07:10
The United State flag is silhouetted against the setting sun Sunday, May 28, 2017, in Leavenworth, Kan. (AP Photo/Charlie Riedel) Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) secara teknis sudah mengalami resesi di semester pertama tahun ini. Sebab, produk domestik bruto (PDB) sudah mengalami kontraksi dalam dua kuartal beruntun.

Data dari pemerintah AS menunjukkan PDB kuartal II-2022 mengalami kontraksi 0,6%, dan pada periode Januari - Maret tercatat minus 1,6%.

Sementara untuk kuartal III-2022, berdasarkan hasil polling Reuters, PDB AS diprediksi akan tumbuh 2%. Artinya, Amerika Serikat akan lepas dari resesi.

Namun, bukan berarti itu adalah titik cerah, sebab ada risiko Negeri Paman Sam akan mengalami double dip recession. Resesi di awal tahun ini memang ringan, bahkan mungkin belum terasa sebab pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, tetapi yang parah akan datang.

Survei terbaru yang dilakukan Wall Street Journal terhadap para ekonom menunjukkan sebanyak 63% memprediksi Amerika Serikat akan mengalami resesi 12 bulan ke depan. Persentase tersebut naik dari survei bulan Juli sebesar 49%.

"Ada dua hal buruk yang terjadi saat ini, dan The Fed saat ini memilih yang dampaknya lebih ringan - resesi yang akan diikuti dengan kenaikan tingkat pengangguran atau risiko dari inflasi tinggi yang lebih korosif dan mengakar," kata Diane Swonk, kepala ekonom di KPMG, sebagaimana dilansir Wall Street Journal, Minggu (16/10/2022).

Penyebabnya, bank sentral AS (The Fed) yang masih akan agresif menaikkan suku bunga. November nanti The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%, dan masih akan terus menaikkan hingga awal tahun depan.

Suku bunga kredit pun menanjak yang tentunya menghambat ekspansi dunia usaha hingga belanja rumah tangga. Alhasil, resesi sepertinya tidak terelakkan lagi.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan tingkat pengangguran yang saat ini 3,5% akan naik menjadi 3,7% Desember nanti dan 4,3% pada Juni 2023.

Risiko tersebut sudah dilihat pelaku pasar, terbukti bursa saham AS (Wall Street) masih belum mampu bangkit.

Indeks S&P 500 sepanjang tahun ini tercatat merosot sekitar 23%

Double dip recession pernah dialami Amerika Serikat (AS) pada 1980an. Resesi pertama terjadi pada kuartal I sampai III-1980, kemudian yang kedua pada kuartal III-1981 dan berlangsung hingga kuartal IV-1982.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Awas! Kalau Dunia Resesi, Ini Dampak Buruknya Bagi RI


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading