
Awas! Kalau Dunia Resesi, Ini Dampak Buruknya Bagi RI

Indonesia memang masih jauh dari resesi, tetapi ketika dunia mengalami resesi, maka pelambatan ekonomi di dalam negeri pasti terjadi.
Amerika Serikat merupakan salah satu pasar ekspor terbesar Indonesia, seandainya mengalami resesi tentunya permintaan dari negeri Paman Sam tersebut akan mengalami penurunan. Belum lagi negara-negara lainnya.
Ekspor sendiri berkontribusi sebesar 23% terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022. Kemerosotan ekspor akibat resesi dunia tentunya akan memangkas PDB Indonesia.
Selain itu, aliran investasi ke dalam negeri juga akan seret. Saat suatu negara mengalami resesi, investasinya tentunya juga akan dikurangi. Satu lagi penyumbang PDB akan terpukul, bahkan porsinya lebih besar ketimbang ekspor.
Porsi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terhadap PDB di kuartal I-2022 mencapai 30%, menjadi yang terbesar kedua setelah belanja rumah tangga sebesar 53%.
Penanaman modal asing (PMA) di kuartal I-2022 melesat 31,8% menjadi Rp 147,2 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Singapura menjadi investor terbesar senilai, US$ 3,6 miliar di susul Hong Kong dan China masing-masing US$ 1,5 miliar dan US$ 1,4 miliar. Melengkapi 5 besar dana Jepang US$ 800 juta dan Amerika Serikat US$ 600 juta.
Dari kelima negara tersebut Amerika Serikat dan Jepang kemungkinan besar mengalami resesi, Singapura juga ada risiko kontraksi ekonomi, sementara China dan Hong Kong juga tak lepas dari pelambatan pertumbuhan.
Meski demikian, dampaknya resesi dunia ke Indonesia diperkirakan tidak akan separah tahun 2020 dan 1998.
"Dampak kepada perekonomian Indonesia pada resesi global diperkirakan tidak separah 2020 ataupun 1998 seiring dengan kondisi ekonomi riil yang masih relatif stabil sejauh ini," kata Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata.
"Namun, potensi perlambatan ekonomi masih tetap ada, seiring dengan dampaknya pada beberapa sektor dan nilai tukar rupiah," ujarnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap)[Gambas:Video CNBC]