Amerika Sudah Resesi & Rakyatnya Makin Miskin, Beneran?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 July 2022 08:05
Emiten Wall Street. AP
Foto: Emiten Wall Street. AP

Kemerosotan Wall Street menjadi salah satu sinyal terjadinya resesi. Sepanjang tahun ini indeks S&P 500 jeblok sekitar 20%, bahkan sebelumnya sempat hingga 23,7%.

Bank investasi JP Morgan pada pertengahan Juni lalu mengatakan probabilitas Amerika Serikat mengalami resesi saat ini mencapai 85%, berdasarkan pergerakan harga di pasar saham.

Menurut JP Morgan, dalam 11 resesi terakhir, rata-rata indeks S&P 500 mengalami kemerosotan sebesar 26%.

Sinyal Amerika akan mengalami resesi terlihat dari yield Treasury kembali mengalami inversi.

Inversi tersebut terjadi setelah yield Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi ketimbang tenor 10 tahun. Dalam kondisi normal, yield tenor lebih panjang akan lebih tinggi, ketika inversi terjadi posisinya terbalik.

Sebelumnya inversi juga terjadi di bulan April lalu, dan menjadi sinyal kuat akan terjadinya resesi di Amerika Serikat.

Berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya. Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal).

Setelah rilis riset tersebut, inversi yield terjadi lagi di Amerika Serikat pada 2019 lalu yang diikuti dengan terjadinya resesi, meski juga dipengaruhi oleh pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Jadi Amerika Sudah Resesi Atau Belum?

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular