
Monopoli Alibaba & Covid-19 Picu Kejatuhan Hang Seng

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Hong Kong atau indeks Hang Seng ambruk lebih dari 3% pada perdagangan Senin (11/7/2022) siang waktu Indonesia. Kejatuhan Hang Seng terjadi setelah adanya sanksi denda terhadap Tencent dan Alibaba. Pandemi virus corona (Covid-19) di China yang kembali memburuk juga turut memperberat indeks Hang Seng.
Berdasarkan data perdagangan per pukul 14:10 WIB, indeks Hang Seng ambruk 3,13% ke posisi 21.046,4. Bahkan, indeks teknologi Hang Seng anjlok 4,16%.
Hal ini terjadi karena diperberat oleh dua saham teknologi besar China di bursa Hong Kong, yakni Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd. ambruk masing-masing 6,61% dan 3,23%, setelah keduanya kembali dikenakan sanksi denda oleh Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar (SAMR) terkait pelanggaran aturan anti-monopoli.
SAMR memberikan sanksi denda kepada Tencent sebesar 6 juta yuan (US$ 896.245 atau Rp 13,4 miliar), atas keterlibatannya dalam 12 transaksi dalam daftar SAMR.
Sedangkan anak usaha Alibaba, yakni Youku Tudou didenda sebesar 2,5 juta yuan (Rp 5,6 miliar) karena tidak mengungkapkan pembelian ekuitas di tahun 2021.
Selain itu, kondisi pandemi Covid-19 di China yang kembali mengkhawatirkan turut memperberat Hang Seng hari ini. Bahkan indeks Shanghai Composite China juga terpantau ambles 1,27% ke posisi 3.313,58.
Pada hari ini, Kota Shanghai di China menemukan kasus Covid-19 yang melibatkan subvarian baru Omicron BA.5.2.1. Kasus tersebut ditemukan di distrik keuangan Pudong pada 8 Juli dan terkait dengan kasus dari luar negeri, menurut.
Subvarian baru Omicron tersebut muncul meskipun Shanghai telah melakukan penguncian (lockdown) sekitar dua bulan pada awal Juni dan terus memberlakukan pembatasan ketat, mengunci bangunan dan kompleks segera setelah rantai transmisi potensial baru muncul.
"Kota kami baru-baru ini terus melaporkan lebih banyak kasus positif yang ditularkan secara lokal (Covid-19) dan risiko penyebaran epidemi melalui masyarakat tetap sangat tinggi," kata wakil direktur komisi kesehatan kota Zhao Dandan, Minggu (10/7/2022), dilansir Reuters.
Zhao mengatakan penduduk di beberapa distrik utama Shanghai akan menjalani dua putaran tes Covid-19, mulai 12-14 Juli, dalam upaya untuk mengendalikan potensi wabah baru tersebut.
Varian Omicron BA.5 pertama kali ditemukan di China pada 13 Mei pada seorang pasien pria berusia 37 tahun yang terbang ke Shanghai dari Uganda, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China.
Yuan Zhengan, anggota kelompok penasihat ahli kota tentang pencegahan Covid-19, mengatakan bahwa Varian BA.5 telah terbukti memiliki tingkat penularan yang lebih cepat dan kemampuan kekebalan yang lebih baik.
Tetapi menurut Yuan, vaksinasi masih efektif untuk mencegah BA.5 menyebabkan penyakit serius atau kematian.
Sementara itu, bursa saham Asia-Pasifik lainnya secara mayoritas terkoreksi, di mana indeks yang sudah ditutup seperti ASX 200 Australia dan KOSPI Korea Selatan terpantau terkoreksi masing-masing 1,14% dan 0,44%. Tetapi indeks Nikkei Jepang berhasil melesat sendiri yakni 1,11%.
Adapun untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah 0,62% ke posisi 6.698,11, jelang penutupan perdagangan hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
