Hati-hati Krisis Sub-Prime Mortgage, Bu Sri Mulyani...

Tim Riset, CNBC Indonesia
08 July 2022 12:54
Foto Story 10 Tahun Pasca Krisis Ekonomi 2008
Foto: Tsutomu Fukasawa (R), dealer valuta asing, bekerja dengan seorang rekan di Tokyo Forex & Ueda Harlow, hampir 10 tahun sejak runtuhnya Lehman Brothers, di Tokyo, Jepang, 27 Agustus 2018. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Meski memiliki tujuan mulia yang dapat memberikan keuntungan kepada banyak pihak, MBS akan menjadi bermasalah apabila terjadi gagal bayar dalam jumlah yang signifikan dan membuat investor mengalami kerugian.

Sri Mulyani sendiri menyadari risiko dari sekuritisasi aset KPR dan karena itulah, dia menegaskan underlying asset harus tetap sound, risk management harus tetap baik dan juga transparan.

Bendahara Negara berharap sejumlah pihak ikut berpartisipasi dalam mempermudah pembiayaan perumahan. Menurutnya, Bank Indonesia bisa membantu melalui kebijakan makroprudensial yaitu dengan menurunkan risiko dari Aset Tertimbang Menurut Risiko atau ATMR-nya untuk sektor perumahan dan melonggarkan loan to value.

Meskipun diatur secara ketat, penerbitan MBS dalam jumlah besar dapat menyebabkan housing bubble, apalagi jika penerbit MBS dan bank penyedia KPR yang terlalu serakah diikuti oleh lembaga pemeringkatan yang tidak jujur. Hal tersebut yang terjadi di AS pada saat krisis global 2008.

Permintaan tinggi oleh investor yang menganggap MBS sebagai investasi aman dan diafirmasi oleh rating tinggi membuat bank pemberi KPR dan bank investasi penerbit MBS semakin serakah dengan memberikan lebih banyak KPR kepada mereka yang tidak mampu membayar.

Selain itu bank yang kala itu menganggap pasar perumahan tidak mungkin hancur ikut menawarkan 'asuransi' bagi mereka yang ingin merasa aman, jika terjadi kondisi gagal bayar. Premi besar dari hasil penjualan credit default swap (CDS) tersebut ikut membuat pihak bank terlena.

Semakin banyak KPR tidak sesuai target menimbulkan peningkatan KPR bermasalah (subprime mortgage). Karena kurang laku dijual, KPR bermasalah tersebut mulai digabungkan dengan KPR bagus supaya dapat memperoleh rating yang lebih baik dan dengan harapan jika terjadi gagal bayar, setidaknya investor masih bisa memperoleh keuntungan dan bank tidak perlu membayar klaim CDS.

Nyatanya, gabungan hal tersebut malah menjadi petaka di mana subprime mortgage menjadi bahan bakar utamanya runtuhnya pasar perumahan AS.

Krisis tersebut semakin cepat dan liar saat the Fed mengetatkan kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuan pada 2007. Banyak peminjam yang gagal bayar karena tingginya bunga sehingga bank harus membayarkan klaim yang jumlahnya besar kepada pemegang CDS dan dalam kurun waktu singkat, MBS menjadi tidak ada harganya.

Kerugian semakin besar karena investor institusi dan bank mencoba dan gagal mengeluarkan investasi MBS yang sudah menjadi 'sampah' dari portofolionya. Pengetatan kebijakan menyebabkan banyak bank dan lembaga keuangan tertatih-tatih dan berada diambang kebangkrutan. Meluas krisis ke sektor perbankan dan lembaga pembiayaan ikut menyeret nama-nama terkenal seperti Lehman Brothers yang kini menjadi sejarah.

Selain itu terganggunya sektor peminjaman karena likuiditas terbatas menjalar luas dan membuat seluruh perekonomian terancam kolaps.

Kondisi tersebut membuat Departemen Keuangan AS harus turun tangan dengan Kongres untuk mengesahkan bailout sistem keuangan senilai US$ 700 miliar untuk meredakan krisis kredit. Federal Reserve juga ikut membeli MBS triliun dolar selama beberapa tahun sementara Program Bantuan Aset Bermasalah (Troubled Asset Relief Program/TARP) menyuntikkan modal secara langsung ke bank.

Saat ini MBS masih terus diperdagangkan di AS hal ini karena memang terdapat pasar bagi karena jika dikelola dan diterbitkan dengan bagus, orang pada umumnya pasti membayar KPR mereka jika mampu. The Fed saat masih memegang sebagian besar kepemilikan MBS, tetapi secara bertahap menjual kepemilikannya. Mengutip data Federal Reserve Economic Data (FRED), hingga 6 Juli lalu, bank sentral AS tersebut memiliki aset dalam bentuk MBS senilai US$ 2,71 triliun. Angka ini kembali naik signifikan pasca pandemi, di mana di awal 2020 kepemilikan aset MBS tercatat sempat berada di angka US$ 1,6 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(fsd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular