Disebut Akan Resesi, Dolar Australia Susah Payah Rp 10.200

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 07/07/2022 15:20 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (7/7/2022) setelah melemah dalam dua hari beruntun. Australia yang diramal akan mengalami resesi membuat mata uangnya susah payah menguat melawan rupiah.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 13:22 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.220/AU$, menguat 0,6% di pasar spot.

Sepanjang tahun ini, dolar Australia masih melemah sekitar 1,2%, padahal bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) sudah 3 kali menaikkan suku bunga.
Namun, kenaikan suku bunga tersebut diperkirakan akan membawa dolar Australia ke jurang resesi.


"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).

Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.

"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.

Hal senada juga diungkapkan oleh Diana Mousina, ekonom senior di AMP Australia. Ia menyebut kenaikan suku bunga akan berdampak pada harga perumahan, belanja konsumen dan investasi perumahan yang bisa menekan tingkat keyakinan konsumen.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor