Gak Cuma Dolar AS, Rupiah Juga Libas Mata Uang di Eropa!

Market - Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
07 July 2022 12:28
U.S. dollar and Euro banknotes are seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil melibas mayoritas mata uang di Benua Biru yakni euro, poundsterling dan dolar franc swiss pada perdagangan Kamis (7/7/2022). Rilis data ekonomi yang baik berhasil menopang kinerja rupiah.

Melansir Refinitiv, pukul 11:15 WIB, euro terkoreksi terhadap rupiah cukup tajam 1,47% ke 15.400,50/EUR.

Tidak jauh berbeda, poundsterling melemah terhadap rupiah 0,23% ke Rp 17.877,04/GBP dan dolar franc swiss yang menyandang status sebagai salah satu aset lindung, terkoreksi terhadap Mata Uang Garuda sebesar 0,18% ke Rp 15.442,84/CHF.

Bahkan, secara year to date, rupiah juga berhasil menguat terhadap ketiga mata uang utama di Benua Biru. Rupiah berhasil menguat 4,54% di hadapan euro dan terapresiasi terhadap poundsterling sebanyak 7,18%. Hal serupa, rupiah menguat 0,98% terhadap dolar franc swiss.

Katalis negatif masih membayangi kawasan Eropa, di mana ketergantungannya terhadap gas Rusia menghantui prospek ekonomi dan menekan pergerakan mata uang euro.

Pada Selasa (5/7), kelompok industri minyak dan gas Norwegia mengatakan bahwa mogok kerja yang dilakukan karyawan yang telah menutup tiga ladang dapat memotong ekspor gas Norwegia lebih dari setengahnya.

"Hampir 60% ekspor gas dari landas kontinen Norwegia (NCS) akan terpengaruh ketika aksi mogok ditingkatkan lebih lanjut mulai Sabtu," kata Asosiasi Minyak dan Gas Norwegia, dikutip dari AFP, Selasa (5/7/2022).

Norwegia merupakan eksportir minyak dan gas terbesar kedua di Eropa setelah Rusia dan menyumbang seperempat dari pasokan energi Eropa. Namun, ketika sanksi ekonomi diberlakukan, kini Eropa sangat bergantung kepada pasokan energi Norwegia.

Menurut Asosiasi Minyak dan Gas Norwegia, perpanjangan pemogokan ke semua ladang yang diumumkan oleh serikat pekerja akan berarti bahwa produksi minyak harian 341.000 barel dan ekspor gas 1.117.000 boe per hari hilang, yang setara dengan sekitar 56% dari total ekspor gas dari NCS.

Sementara itu, Inggris sedang bergejolak setelah banyaknya permintaan terhadap Perdana Menteri Boris Johnson untuk mundur dari jabatannya. Setelah skandal terbaru yang mencoreng nama pemerintahan Johnson.

Skandal itu melibatkan seorang anggota parlemennya yang merupakan sekutunya di Parti Konservatif Britania Raya Chris Pincher. Pincher sejak pekan lalu sudah di-skors dan tengah diselidiki oleh badan pengawas parlemen terkait tuduhan pelecehan seksual.

Hal tersebut mengundang reaksi hingga sebanyak 38 menteri dan pembantunya mundur dalam 24 jam terakhir.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per Juni berada di US$ 136,4 miliar yang naik US$ 0,8 miliar ketimbang bulan sebelumnya di US$ 135,6 miliar.

Kenaikan tersebut salah satunya disumbang oleh penerbitan surat utang pemerintah berdenominasi valas. Posisi cadangan devisa tersebut, lanjut laporan BI, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Juga di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Rilis data ekonomi yang terbilang cukup baik di tengah potensi resesi global, menjadi angin segar yang mampu membantu penguatan rupiah terhadap mayoritas mata uang di Benua Biru.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Tenang! Rupiah Masih Kuat Terhadap Dua Mata Uang di Eropa Ini


(aaf/vap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading