
Investor Masih Tunggu Risalah FOMC, Dow Futures Bergerak Flat

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak stagnan pada perdagangan Rabu (6/7/2022), setelah bursa saham AS mayoritas menguat kemarin didukung oleh penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.
Kontrak futures indeks Dow Jones berada dekat dengan garis datar. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq yang bergerak stagnan.
Di pasar reguler, indeks Dow Jones terkoreksi 129 poin pada Selasa (5/7) yang merupakan hari pertama perdagangan pekan ini setelah libur untuk memperingati hari kemerdekaan. Indeks S&P 500 reli dari penurunannya 2% di akhir perdagangan dan ditutup naik tipis 0,2%. Sedangkan, Nasdaq melesat 1,75%.
Kekhawatiran terhadap resesi kembali meningkat setelah acuan yield obligasi tenor 10 tahun jatuh di bawah yield obligasi tenor 2 tahun. Hal tersebut mengidentifikasikan adanya kurva yang terbalik yang memberi sinyal adanya potensi penurunan ekonomi hingga ke jurang resesi.
Sementara itu, harga minyak dunia anjlok di bawah US$ 100/barel kemarin, terdampak dari meningkatnya kecemasan terhadap perlambatan ekonomi. Saham energi menjadi pemimpin penurunan mayoritas saham kemarin. Saham sektor energi ambles 4%.
Padahal, sektor energi merupakan sektor yang berkinerja terbaik dari indeks S&P 500 pada paruh pertama tahun ini. Acuan indeks S&P 500 telah mengalami paruh pertama terburuknya sejak 1970.
Namun, analis memprediksikan resesi yang terjadi akan ringan. Pada Selasa (5/7), analis Credit Suisse menilai bahwa AS dapat menghindari resesi setelah menurunkan harga target indeks S&P 500 pada akhir tahun ini, sebagai dampak dari biaya modal yang lebih tinggi daripada penilaian saham.
"[Pasar] telah bersiap untuk [resesi], dan saat ini mungkin telah menerimanya, seperti: 'Mari kita selesaikan, kita akan mengalami resesi, mari kita lakukan dan mulai dari awal lagi'," tutur Analis Yardeni Ed Yardeni dikutip dari CNBC International.
Dia juga menambahkan bahwa pasar mulai melihat ke tahun depan yang mungkin menjadi tahun pemulihan dari situasi resesi ini. Meski begitu, Yardeni menilai bahwa ada potensi AS mengalami resesi ringan.
Ketua Analis NewEdge Wealth Cameron Dawson memprediksikan acuan indeks S&P 500 dapat menyentuh kisaran level 3.400-3.500 yang menjadi level tertinggi sebelum pandemi Covid-19.
Pekan ini, investor masih menantikan rilis risalah pertemuan dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan dirilis siang hari ini waktu setempat.
Selain itu, investor masih akan menunggu rilis Purchasing Managers' Index (PMI) dari Institute for Supply Management (ISM), rilis data pekerjaan baru dan survei pergantian tenaga kerja (JOLTS) yang dijadwalkan akan dirilis pada pukul 10:00 pagi waktu setempat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?