Lagi-lagi Anjlok 1%, Nikel Mau ke Mana Sih?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 06/07/2022 17:03 WIB
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia anjlok pada perdagangan hari ini karena kekhawatiran resesi dan prospek ekonomi China yang buram karena lockdown.

Pada Rabu (6/7/2022) pukul 16:30 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 22.405/ton, ambles 1,09% dibandingkan harga penutupan kemarin.


"Logam dasar tetap tertekan oleh hambatan makro yang berasal dari penguncian Covid China dan dampak pengetatan kebijakan moneter dan perlambatan pertumbuhan global berdasarkan permintaan," kata Standard Chartered dalam sebuah catatan.

China terus berkutat dengan penyebaran virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang baru muncul termasuk di Shanghai. Kasus di provinsi Anhui Timur, di mana lebih dari 1 juta orang di kota-kota kecil dikunci, sedikit menurun menjadi 222 pada Selasa dari 231 sehari sebelumnya.

Provinsi ini masih menyumbang sebagian besar infeksi baru China. Sementara di provinsi Jiangsu timur, 65 kasus baru terdeteksi pada Selasa.

"Beberapa daerah China menghadapi wabah lokal dan infeksi telah muncul di tingkat komunitas di Shanghai, yang harus kita anggap sangat penting," kata pejabat kesehatan kota Zhao Dandan.

China melawan penyebaran virus dengan prinsip nol Covid, lockdown bisa sewaktu-waktu diterapkan. Akibatnya prospek ekonomi China menjadi tidak pasti dan akan berpengaruh negatif terhadap permintaan komoditas untuk industri termasuk nikel.

Gerak harga nikel saat ini dibayangi kekhawatiran resesi global. Saat resesi terjadi, ekonomi akan mandek. Begitu juga dengan aktivitas industri yang jadi konsumen nikel. Akibatnya permintaan nikel diramal akan lesu.

Nathan Sheets, kepala ekonom global Citigroup mengatakan risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50% dalam 18 bulan ke depan.

Pemicu resesi salah satunya adalah sikap agresif dalam menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi yang melambung. Sehingga kenaikan suku bunga pun lebih berpengaruh terhadap laju harga nikel dibanding ketatnya pasokan.

"Ekonomi global terus dilanda guncangan supply yang parah, yang membuat inflasi meninggi dan pertumbuhan ekonomi melambat. Tetapi, kini dua faktor lagi muncul, yakni bank sentral yang menaikkan suku bunga dengan sangat agresif serta demand konsumen yang melemah," kata Nathan Sheets, kepala ekonom global Citigroup, sebagaimana dilansir Yahoo Finance, Rabu (22/7/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Forum Industri Nikel Minta Kenaikan Tarif Royalti Dikaji Ulang