
Pasrah.. Dolar AS Kian Gagah, Rupiah Koreksi 7 Hari Beruntun

Amerika Serikat boleh jadi akan mengalami resesi, tetapi mata uangnya tetap menjadi primadona, terlihat dari indeksnya yang terus menanjak.
Status dolar sebagai aset safe haven dan "menguasai" dunia membuatnya menjadi primadona.
The greenback menjadi mata uang yang paling banyak digunakan dalam perdagangan internasional. Harga aset juga mayoritas dipatok dengan dolar AS.
Berdasarkan data dari Atlantic Council yang mengutip data dari bank sentral AS (Federal Reserve/The) pada periode 1999-2019, penggunaan dolar AS dalam transaksi internasional di wilayah Amerika Utara dan Selatan mencapai 96,4%. Kemudian di Asia Pasifik nilainya mencapai 74%.
Porsi penggunaan dolar AS hanya lebih kecil di Eropa yakni 23,1% saja. Maklum saja, Eropa memiliki mata uang tunggal yakni euro yang kontribusinya terhadap perdagangan ekspor impor di Eropa mencapai 66,1%.
![]() |
Di sisa dunia lainnya, penggunaan dolar AS mencapai 79,1%. Belum lagi melihat porsinya di cadangan devisa global yang hampir 60%, terlihat jelas bagaimana dominasi dolar AS di dunia finansial.
Artinya, dolar AS bisa diterima di mana-mana. Hal ini membuat permintaannya selalu tinggi, apalagi dengan bank sentral AS (The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga, aliran modal tentunya masuk ke Negeri Paman Sam.
Hingga Juni lalu, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali dengan total 150 basis poin menjadi 1,5-1,75%.
Bulan ini, bank sentral paling powerful di dunia ini akan kembali menaikkan sebesar 50-75 basis poin, dan di akhir tahun suku bunga diproyeksikan berada di kisaran 3,25-3,5%.
The Fed menjadi bank yang paling agresif menaikkan suku bunga dibandingkan bank sentral utama lainnya, sehingga dolar AS akan semakin diuntungkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)[Gambas:Video CNBC]
