
Menakar Arah Laju Komoditas Semester II-2022

Konsumen utama logam masih akan menjadi faktor kunci dalam beberapa bulan mendatang, terutama jika ekonomi meningkat dan mencapai target pertumbuhan tahunan 5,5%. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan permintaan logam.
Stimulus dari pemerintah China untuk membangkitkan ekonomi akan memiliki peran krusial. Terutama untuk membangkitkan sektor properti yang telah lesu sejak tahun lalu.
Nantinya stimulus untuk membangkitkan sektor properti akan menambah permintaan bagi tembaga dan bijih besi.
Karantina wilayah (lockdown) oleh China sebagai upaya menahan penularan virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) sudah mulai dibuka menjadi salah satu katalis positif bagi harga komoditas logam.
Chintan Karnani, direktur penelitian di Insignia Consultants memperkirakan permintaan China untuk logam industri kemungkinan akan meningkat sangat tajam pada kuartal ketiga karena pabrik beroperasi pada kapasitas penuh.
Sementara tingkat bunga global yang "meningkat" oleh sebagian besar bank sentral akan mencapai puncaknya pada Oktober, tambahnya.
Kenaikan suku bunga oleh bank sentral di dunia menjadi tekanan bagi logam. Sebab dapat menjadi pemantik resesi yang dapat melemahan permintaan dari logam industri.
Ketua bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) menyatakan koitmen tidak akan membiarkan ekonomi jatuh ke dalam "era inflasi yang lebih tinggi". Bahkan jika itu berarti menaikkan suku bunga membahayakan pertumbuhan ekonomi.
Sementara tingginya inflasi membuat bank sentral Eropa (ECB) tampaknya akan menaikan suku bunga bank pada bulan ini sebesar 25 basis poin. Lalu diperkirakan akan lebih agresif pada September dengan kenaikan 50 basis poin.
Hal ini juga membuat logam mulia seperti emas tertekan meskipun biasa berfungsi sebagai lindung nilai dalam ketidakpastian ekonomi.
Perak lebih parah karena menyandang status sebagai bahan baku industri selain logam mulia mendapat tekanan dari kenaikan suku bunga dan resesi.
![]() Harga Logam |
(ras/ras)
