Indeks Dolar AS Lanjut Turun, Rupiah Bakal "Kesurupan" Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 June 2022 07:35
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sukses menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) Senin kemarin.

Setelah melemah 2 pekan beruntun, rupiah "kesurupan" dan melesat ke bawah Rp 14.800/US$ di awal perdagangan kemarin, sebelum mengakhiri perdagangan di level psikologis tersebut, atau menguat 0,3%, melansir data Refinitiv. 

Penguatan rupiah juga berpeluang berlanjut pada perdagangan Selasa (28/6/2022) melihat indeks dolar AS yang kembali turun. Sepanjang pekan lalu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini turun 0,5%, dan pada perdagangan Senin 0,2%. 

Pasar masih menimbang-nimbang outlook suku bunga bank sentral AS (The Fed) di tahun ini. The Fed memang sudah menegaskan akan bertindak agresif guna meredam inflasi.

Di bulan ini, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%, dan bulan depan akan dinaikkan lagi 50 -75 basis poin. Di akhir tahun suku bunga diproyeksikan berada di 3,25% - 3,5%.

Namun, harga minyak mentah yang merosot dalam dua pekan terakhir membuka peluang penurunan harga energi yang bisa meredam inflasi. Pasar kembali melihat potensi The Fed akan sedikit mengendur dalam menaikkan suku bunga.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di pekan lalu tercatat turun 1,8% ke US$ 107,62/barel, setelah sebelumnya sempat jeblok nyaris ke bawah US$ 100/barel. Dalam dua pekan, total minyak WTI jeblok lebih dari 10%. Sementara itu minyak jenis Brent merosot 7,3%.

"Penurunan harga komoditas dapat menarik turun inflasi, kemungkinan saat memasuki musim gugur. Hal ini bisa membuat The Fed tidak terlalu agresif dalam mengetatkan moneter," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay yang berada di Toronto, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (24/6/2022).

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sejak 15 Juni lalu menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Rupiah sampai saat ini masih berada di atas Rp 14.730/US$, yang memberikan tekanan semakin besar.

Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.840/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.860/US$ hingga 14.880/US$.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli memberikan peluang penguatan rupiah. Namun, stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian sudah berada di dekat wilayah jenuh jual, sehingga ruang penguatan rupiah menjadi lebih terbatas.

Rupiah saat ini masih tertahan support, di kisaran Rp 14.800/US$, jika ditembus, ada peluang ke Rp 14.780/US$ - Rp 14.770/US$. Level Rp 14.730/US$ kini menjadi support kuat yang bisa menahan penguatan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri Resesi! IHSG Ambrol 2,6%, Rupiah Tak Mampu Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular