Kurs Dolar Australia Diramal Bakal Merosot, Ini Penyebabnya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 June 2022 13:20
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia turun melawan rupiah pada perdagangan Senin (27/6/2022). Ke depannya, mata uang Negeri Kanguru ini diprediksi akan merosot khususnya melawan dolar Amerika Serikat (AS), dan bisa jadi juga terhadap rupiah.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:14 WIB dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.254/AU$, merosot 0,6% di pasar spot. Sementara melawan dolar AS penurunannya sebesar 0,24% ke US$ 0,6931.

Pelambatan ekonomi global diperkirakan akan turut menyeret turun kurs dolar Australia. Sebabnya, pergerakan dolar Australia kerap mengikuti ekspektasi pertumbuhan ekonomi global.

Di tahun ini, perekonomian global diperkirakan akan melambat signifikan, bahkan beberapa negara termasuk Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami resesi. Hal ini membuat dolar Australia tertekan.

Padahal, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mengindikasikan akan kembali menaikkan suku bunga. Nyatanya, dolar Australia masih terus menurun.
RBA sudah menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali dalam dua bulan terakhir. Kenaikan tersebut masih belum akan berhenti, tersurat di rilis notula rapat kebijakan moneter bulan ini.

Dalam notula yang dirilis kemarin, para anggota dewan melihat meski suku bunga dinaikkan 50 basis poin, tetapi masih cukup sangat rendah di bawah 1%, dengan tingkat pengangguran di level terlemah 50 tahun serta inflasi yang terus meninggi. Sehingga, suku bunga ke depannya akan kembali dinaikkan.

Sementara itu gubernur RBA, Philip Lowe, menyatakan meski suku bunga akan terus dinaikkan guna meredam inflasi dan membawanya kembali turun ke target 2% - 3%, ia tidak melihat perekonomian Australia akan mengalami resesi. Namun, ia tetap mengantisipasinya.

"2 tahun belakangan ini mengajarkan kita semua, anda tidak bisa mengesampingkan apa pun," kata Lowe, sebagaimana dilansir The Guardian.

"Secara fundamental kita kuat, posisi sektor rumah tangga juga kuat dunia usaha terus melakukan rekrutmen. Saya tidak merasa kita akan mengalami resesi, dan tingkat suku bunga meski sudah naik tetapi masih sangat rendah. Suku bunga masih di bawah 1% saat tingkat pengangguran di level terendah dalam 50 tahun terakhir" tambah Lowe.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular