Melesat ke Bawah Rp 14.800/US$, Rupiah "Kesurupan" Apa Nih?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 June 2022 09:13
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajammelawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (27/6/2022) hingga menembus ke bawah Rp 14.800/US$. Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat rupiah mampu menguat pagi ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melesat 0,37% ke Rp 14.790/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Penguatan rupiah sedikit terpangkas menjadi 0,3% ke Rp 14.800/US$ pada pukul 9:07 WIB.

Tanda-tanda rupiah bakal menguat sudah terlihat sejak pagi tadi di pasar non-deliverable forward (NDF) yang posisinya jauh lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan Jumat kemarin.

Periode

Kurs Jumat (24/6) pukul 15:13 WIB

Kurs Senin (27/6) pukul 8:52 WIB

1 Pekan

Rp14.850,9

Rp14.806,5

1 Bulan

Rp14.853,0

Rp14.795,3

2 Bulan

Rp14.870,0

Rp14.828,0

3 Bulan

Rp14.892,0

Rp14.848,0

6 Bulan

Rp14.938,0

Rp14.887,0

9 Bulan

Rp15.005,0

Rp14.937,0

1 Tahun

Rp15.110,0

Rp15.044,7

2 Tahun

Rp15.445,0

Rp15.481,4

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari pergerakan bursa saham Asia yang menguat pagi ini.

Meski demikian, volatilitas di pasar saham sangat tinggi saat ini, sebab perekonomian global diliputi ketidakpastian yang akibat inflasi tinggi yang melanda berbagai negara, dan beberapa faktor lain seperti perang Rusia Ukraina yang bisa memicu resesi.

Sehingga, sentimen pelaku pasar kerap berubah-ubah dalam waktu singkat yang membuat pergerakan rupiah juga volatil.

Indeks dolar AS yang menurun pagi ini juga membantu rupiah menguat. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini turun 0,16%, setelah pada pekan lalu merosot 0,5%.

Pasar masih menimbang-nimbang outlook suku bunga bank sentral AS (The Fed) di tahun ini. The Fed memang sudah menegaskan akan bertindak agresif guna meredam inflasi. Di bulan ini, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%, dan bulan depan akan dinaikkan lagi 50 -75 basis poin. Di akhir tahun suku bunga diproyeksikan berada di 3,25% - 3,5%.

Namun, harga minyak mentah yang merosot dalam dua pekan terakhir membuka peluang penurunan harga energi yang bisa meredam inflasi. Pasar kembali melihat potensi The Fed akan sedikit mengendur dalam menaikkan suku bunga.

Penurunan harga komoditas dapat menarik turun inflasi, kemungkinan saat memasuki musim gugur. Hal ini bisa membuat The Fed tidak terlalu agresif dalam mengetatkan moneter, kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay yang berada di Toronto, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (24/6/2022). 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular