Jelang Akhir Pekan, Bursa Eropa Dibuka Ceria!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
24 June 2022 15:14
The German share price index DAX graph is pictured at the stock exchange in Frankfurt, Germany, October 17, 2018.    REUTERS/Staff
Foto: Indeks harga saham Jerman Grafik DAX digambarkan di bursa saham di Frankfurt, Jerman, 17 Oktober 2018. REUTERS / Staf

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa di sesi awal kompak berada di zona hijau pada perdagangan Jumat (24/6/2022), di tengah investor global masih mengevaluasi inflasi dan potensi resesi.

Indeks Stoxx 600 di awal sesi menguat 0,5% ke posisi 404,11, di mana saham emiten utilitas melesat 1,2% dan menjadi pemimpin kenaikan sektor. Namun, saham emiten ritel ambles 2,5%.

Hal yang serupa terjadi pada indeks DAX Jerman yang diperdagangkan sedikit lebih tinggi hanya 0,01% ke 12.913,78 dan indeks FTSE naik 0,47% ke 7.053,6. Sedangkan, indeks CAC Prancis menguat 0,85% ke posisi 5.933,08.

Pekan lalu, bank sentral Amerika Serikat (AS) (Federal Reserve/The Fed) telah mengumumkan langkah agresifnya untuk mengendalikan inflasi. Kini, investor berharap bahwa kenaikan pada harga konsumen akan menurun seiring anjloknya harga komoditas utama seperti minyak mentah dalam beberapa hari terakhir.

Namun, jalur pengetatan kebijakan yang agresif tersebut telah meningkatkan kekhawatiran akan resesi. Pada Rabu (22/6) waktu setempat, Ketua Fed Jerome Powell juga menyatakan bahwa resesi mungkin saja terjadi.

Bursa di Asia Pasifik cenderung menguat hari ini, di mana indeks Hang Seng Hong Kong dan indeks Kospi Korea Selatan menjadi pemimpin penguatan indeks.

Sementara itu, kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS juga menguat di sesi awal perdagangan hari ini, di mana bursa saham AS tampaknya akan berada pada pekan yang positif di tengah gejolak yang terjadi.

Hari ini, investor akan disibukkan dengan rilis data ekonomi dari PDB Spanyol dan iklim bisnis Jerman Per Juni versi Ifo Institute.

Penjualan ritel Inggris per Mei jatuh 0,5% secara bulanan dan berada di bawah ekspektasi analis Reuters di 0,7%. Sementara itu, penjualan ritel Inggris per April telah direvisi dan mengalami penurunan 0,4%, lebih sedikit dari data sebelumnya di 1,4%.

Selain itu, indeks keyakinan konsumen di Inggris juga jatuh dan menyentuh posisi terendahnya karena Inggris sedang dilanda dengan inflasi yang sangat tinggi dan menyentuh rekor tertinggi sejak 40 tahun, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan krisis biaya hidup.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nah Lho! Mayoritas Bursa Global Cerah, Cuma IHSG Anjlok Parah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular