'Tarik Tambang' Rusia vs Resesi, Harga Minyak Mau ke Mana?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2022 07:55
Ilustrasi Pertamax
Foto: Ilustrasi Pertamax (CNBC Indoneia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak naik pada perdagangan kemarin. Sebelumnya, harga si emas hitam sempat terpuruk cukup dalam.

Pada Senin (20/6/2022), harga minyak jenis brent ditutup di di US$ 114,13/barel. Naik 0,89% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.

Kenaikan harga minyak terjadi selepas koreksi yang lumayan parah. Buktinya, walau sudah naik tetapi harga brent masih minus 8,7% dalam seminggu terakhir.

Oleh karena itu, akan datang saatnya di mana investor menilai harga minyak sudah 'murah'. Akibatnya, kontrak minyak akan kembali diburu sehingga harganya naik.

Halaman Selanjutnya --> Dunia Kehilangan Minyak Rusia

Saat ini harga minyak sedang terombang-ambing dalam ketidakpastian. Investor pun dipaksa untuk mengambil keputusan dengan cepat.

"Ada dua narasi yang saling berlawanan. Di satu sisi, sanksi terhadap Rusia membuat pasokan menipis. Namun di sisi lain harga yang tinggi kemudian memukul permintaan," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates LLC yang berbasis di Houston (Amerika Serikat/AS), seperti dikutip dari Reuters.

Serangan Rusia ke Ukraina membuat negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin itu dijatuhi berbagai sanksi. AS dan sejumlah sekutunya sepakat untuk mengembargo minyak dari Negeri Beruang Merah, untuk menekan pendapatan Rusia.

Padahal Rusia adalah salah satu negara produsen dan eksportir minyak terbesar dunia. Tanpa pasokan dari Rusia, pasar minyak akan sangat terpukul. Pasokan berkurang sehingga harga akan tetap cenderung naik.

"Pasokan masih ketat, ini mendukung harga minyaj tetap tinggi. Harga di kisaran US$ 120/barel adalah sesuatu yang normal," sebut Stephen Brennock, Analis PVM, seperti diberitakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Harga Bensin Makin Tinggi Bisa Bikin Resesi

Namun di lain pihak, tingginya harga minyak mentah membuat harga produk turunannya ikut terkerek. Salah satunya adalah bahan bakar minyak (BBM).

Pada Mei 2022, rata-rata harga BBM reguler di AS adalah US$ 4,6/galon. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Saat ini permintaan masih kuat, karena tingginya mobilitas masyarakat setelah pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) seiring melandainya pandemi Covid-19. Namun cepat atau lambat, permintaan yang kuat itu akan melemah kalau harga BBM terus-terusan tinggi.

Ketika itu terjadi, maka harga minyak akan turun. Kali ini, penurunan harga minyak bukanlah kabar yang baik karena menjadi pertanda kelesuan permintaan. Resesi bukan sesuatu yang mustahil.

"Koreksi harga akan menjad reaks kekhawatiran terhadap resesi. Hal ini menjadi pemberat bagi harga komoditas, termasuk minyak," tegas Carsten Fritsch, Analis Commerzbank, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular