
The Fed Mencla-mencle, RI Gonjang-ganjing!

Tidak hanya The Fed, beberapa bank sentral utama juga mencla-mencle. Hal ini menunjukkan perekonomian global dipenuhi ketidakpastian terutama akibat 'tsunami' inflasi.
Bank sentral Inggris bahkan disebut Unreliable Boyfriend. Kemudian bank sentral Australia di awal tahun ini menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga, tetapi nyatanya sudah sampai saat ini sudah 2 kali menaikkan suku bunga, bahkan lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) sampai saat ini masih enggan untuk menaikkan suku bunga. BI memilih mengetatkan likuiditas di perekonomian dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM).
Pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Mei, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan tidak perlu merespons kenaikan suku bunga The Fed dengan ikut menaikkan suku bunga.
"Kalau mengukur kebijakan moneter jangan hanya mengukur suku bunga. Kebijakan moneter Bank Indonesia yakni likuiditas, kita lakukan pengurangan, kemudian nilai tukar dan yang ketiga suku bunga," kata Perry.
Dengan suku bunga ditahan di rekor terendah 3,5%, diharapkan mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selama inflasi masih terjaga, BI sepertinya masih akan terus mempertahankan suku bunganya. Apalagi, nilai tukar rupiah meski pada pekan lalu terpuruk, tetapi pelemahannya sepanjang tahun ini masih lebih baik ketimbang mata uang utama Asia lainnya.
Nilai tukar rupiah yang terjaga membuat inflasi lebih terkendali. Pun, jika dilihat tekanan rupiah saat ini tidak sebesar ketika masa awal pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang membuat rupiah menembus level Rp 16.000/US$.
Selain itu, BI juga punya cadangan devisa yang besar untuk melakukan intervensi dan menjaga nilai tukar rupiah.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan BI tidak akan terburu-buru dalam menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5% karena inflasi masih terkendali. Kenaikan harga komoditas juga akan mendongkrak surplus neraca perdagangan sehingga menopang stabilitas rupiah.
"Kami memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan pada semesterĀ I tahun ini. Kenaikan suku bunga acuan akan sangat tergantung pada kondisi inflasi pada semester kedua mendatang," tutur Faisal, dalam Macro Brief tanggal 16 Juni 2022.
Bank Mandiri memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan maksimal 75% pada tahun ini sehingga BI-7DRR akan ada di 4,25% pada akhir tahun.
Senada, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana juga memperkirakan BI tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Menurutnya, suku bunga acuan BI kemungkinan akan naik paling cepat pada kuartal III tahun. Pasalnya, pada kuartal III kemungkinan surplus neraca perdagangan mengecil sementara inflasi inti naik sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
