Hujan di Thailand Reda, Harga Karet Naik Tipis Aja

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 June 2022 18:50
A worker collects latex from a rubber tree in Sanya, in Hainan province in this November 6, 2007 file photo. Scientists are worried that the expansion of rubber plantations to feed China's voracious tyre industry, the world's largest, will destroy the ecosystem of Xishuangbanna, tucked between China's borders with Laos and Myanmar. REUTERS/Andy Gao/Files
Foto: REUTERS/Andy Gao

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet dunia menguat pada perdagangan hari ini terdorong data penjualan mobil dari China. Namun, kenaikan dibatasi oleh gangguan cuaca di Thailand yang mereda.

Pada Jumat (17/6/2022) harga karet di pasar berjangka Jepang ditutup di JPY 255/kg, naik 0,35% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Penjualan mobil ritel di China melonjak 54% selama 6 Juni hingga 12 Juni dibandingkan periode yang sama pada Mei, menurut data dari Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA).

Penjualan kendaraan penumpang pada periode tersebut meningkat menjadi 349.000 unit, naik 25% dari tahun sebelumnya, kata asosiasi tersebut, Rabu.

CPCA memperkirakan penjualan mobil Juni bisa tumbuh 10% hingga 20% dari periode yang sama tahun lalu.

Sektor otomotif yang bergairah akan membuat permintaan karet meningkat. Sebab karet adalah bahan baku utama bagi pabrik mobil. Saat permintaan naik, maka harga akan turt naik.

Akan tetapi laju harga karet dunia tertahan oleh hujan yang mulai mereda di produsen utama Thailand.

"Hujan lebih sedikit dan banjir lebih sedikit di Thailand, yang mengarah ke ekspektasi bahwa pasokan bahan mentah akan meningkat," kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura.

Thailand adalah produsen terbesar di dunia dengan produksi 4,37 juta ton karet alam pada tahun 2020, berdasarkan data Statista sehingga produksinya dapat mempengaruhi harga karet.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Neraca Dagang Jepang Jeblok, Harga Karet Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular