Risk On! Kurs Dolar Australia Meroket 2% Lebih
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia meroket melawan rupiah pada perdagangan Rabu akibat membaiknya sentimen pelaku pasar. Sebelumnya, pergerakan dolar Australia cukup 'aneh', melemah hingga 3,3% saat rupiah juga mengalami tekanan.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia meroket 2,25% pada perdagangan Rabu kemarin, dan masih berlanjut hari ini. Pada pukul 11:20 WIB diperdagangkan di kisaran Rp 10.330/AU$, menguat 0,1% di pasar spot.
Dolar Australia dianggap sebagai risk-on currency, artinya ketika sentimen pelaku pasar membaik, maka nilainya cenderung menguat.
Sentimen pelaku pasar membaik setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga 75 basis poin.
Meski demikian pasar menyambut baik keputusan tersebut, terlihat dari penguatan bursa saham Amerika Serikat dan berlanjut ke Asia pagi ini.
The Fed yang menunjukkan niat yang kuat untuk menurunkan inflasi, membuat pasar gembira. Dengan suku bunga yang dikerek semakin tinggi, diharapkan inflasi tersebut akan menurun.
Memang risiko semakin tinggi suku bunga maka risiko resesi semakin meningkat. Tetapi, resesi yang sesaat masih lebih bagus ketimbang jika inflasi tinggi mendarah daging yang bisa menggerogoti perekonomian dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu dari Australia, pasar tenaga kerja terlihat masih kuat meski bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sudah menghentikan stimulus moneter dan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali.
Data dari Biro Statistik Australia pagi ini menunjukkan tingkat pengangguran pada Juni tetap sebesar 3,9% dari bulan sebelumnya. Tetapi, sepanjang bulan lalu perekonomian Australia mampu menyerap 60,6 ribu tenaga kerja, lebih banyak dari bulan sebelumnya yang hanya 4.500 orang, dan jauh lebih tinggi dari konsensus di Trading Economics sebanyak 25 ribu orang.
Rilis data tersebut membuat dolar Australia semakin perkasa hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)