
Ramalan Ini Jarang Meleset, Amerika Kayaknya Resesi Deh...

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurva imbal hasil (yield curve) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) terpantau terbalik pada Senin (13/6/2022). Yield surat utang tenor pendek lebih tinggi ketimbang tenor panjang. So what?
Dilansir dari CNBC International, yield US-Treasury Bond tenor 10 tahun cenderung menguat 8,9 basis poin (bps) ke 3,246% pada pukul 07:05 waktu AS atau pukul 18:05 WIB kemarin, Akhir pekan lalu, yield instrumen ini ada di 3,157%.
Namun yield surat utang tenor dua tahun ada di 3,197%. Naik dibandingkan akhir pekan lalu yaitu 3,049%.
Biasanya yield tenor pendek lebih rendah ketimbang tenor jangka panjang. Seperti kredit bank, semakin lama tenor kredit maka bunganya kian mahal. Ini karena ada premi risiko yang harus dibayar nasabah.
Obligasi pun demikian. Tenor yang panjang mengharuskan penerbit (issuer) membayar bunga lebih tinggi, karena memperhitungkan faktor risiko.
Kalau kemudian yield obligasi dalam posisi terbalik alias inversi, apa yang terjadi? Well, intinya pelaku pasar menilai kondisi jangka pendek lebih berisiko ketimbang masa yang akan datang.
Inilah yang kemudian menimbulkan persepsi bahwa inversi yield adalah sebuah sinyal, sebuah pertanda, bahwa Negeri Paman Sam bakal masuk ke jurang resesi ekonomi. Soal meramal kemungkinan resesi, inversi yield jarang meleset.
Sejak 1900, inversi terjadi sebanyak 28 kali. Dari jumlah itu, 22 kali diikuti oleh resesi. Enam resesi terakhir terjadi 6-36 bulan setelah inversi.