
Lagi Jiper? Coba Cek, Ini Deretan Saham yang Kebal Inflasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi inflasi global yang tinggi menjadi ancaman tetapi juga peluang untuk berinvestasi terutama di aset berupa saham.
Saham selama ini masih menjadi salah satu aset yang memberikan imbal hasil positif saat laju inflasi naik. Namun tidak semua saham memberikan kinerja positif di saat inflasi naik.
Pilihan sektor untuk berinvestasi saham saat kondisi harga barang dan jasa sedang naik patut untuk diperhatikan.
BRI Danareksa Sekuritas dalam laporan risetnya yang bertajuk The Vagaries of Inflation memberikan beberapa rekomendasi strategi terkait investasi saham saat inflasi tinggi.
Sebagai investor yang berinvestasi di aset-aset domestik, kondisi inflasi global juga turut berpengaruh terhadap aset-aset keuangan baik saham, obligasi maupun nilai tukar.
Inflasi di AS yang meningkat 8,6% secara tahunan pada bulan Mei lalu membuat pasar mulai mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) lebih tinggi.
Pengetatan moneter yang dilakukan oleh The Fed juga memicu penguatan dolar AS. Saat greenback menguat ada kecenderungan nilai tukar rupiah melemah karena adanya capital outflows.
Di dalam negeri inflasi juga mulai meningkat. Bank Indonesia (BI) dalam survei mingguannya memperkirakan inflasi bulan Juni 2022 naik 4,05% secara tahunan.
Seperti halnya The Fed, BI juga bersiap untuk menaikkan suku bunga acuannya. Tren pengetatan moneter global memicu volatilitas di pasar yang tinggi.
Namun BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya mengungkapkan, pengetatan moneter yang terjadi kali ini dampaknya seharusnya tidak separah satu dekade lalu karena secara makroekonomi baik dari kebijakan fiskal dan moneter Indonesia bisa dikatakan lebih solid.
Dalam merespons inflasi, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan saham-saham yang bisa dianggap safe haven terutama yang berkaitan dengan konsumsi domestik, pangan dan energi serta saham dengan pendapatan dalam dolar AS.
Saham-saham yang direkomendasikan dan masuk kategori pertama yang diuntungkan dari konsumsi adalah sektor consumer staples, telco dan toll road seperti UNVR, EXCL dan JSMR.
Sementara saham yang masuk kategori kedua dan ketiga adalah saham komoditas dan poultry seperti ADRO, MDKA dan JPFA.
Lebih lanjut BRI Danareksa Sekuritas juga menilai saham-saham bank secara fundamental akan tetap solid. Sehingga apabila terjadi koreksi yang dalam, investor sebaiknya melihat itu sebagai peluang investasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000