Sempat Volatil, IHSG Sesi I Ditutup Menguat Tipis 0,01%

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
14 June 2022 11:52
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat 0,01% pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (13/6/2022). Sementara pelaku pasar masih dihantui seputar inflasi pasca rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang meninggi.

IHSG dibuka anjlok 0,65% di posisi 6.949,65 dan berakhir menguat tipis 0,01% atau 1,03 poin ke 6.996,47 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun Rp 9,4 triliun dengan melibatkan lebih dari 16 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah anjlok. Namun, satu menit selang pembukaan IHSG memperparah pelemahannya. IHSG ambles 0,88% ke posisi 6.934,51. Indeks semakin bergerak mendekati level psikologis 6.900. Meskipun demikian 6 menit perdagangan berjalan, koreksi IHSGhanya terpangkas menjadi 0,12% saja di angka 6.987,51.

Pukul 09:30 WIB, IHSG terpantau berbalik arah ke zona hijau. Namun pukul 11:00 WIB IHSG kembali menunjukan kegalauannya dengan berbalik arah ke zona merah. Pada pukul 11:20 WIB IHSG terpantau berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi I.

Level terendah berada di posisi 6.932,71 sesaat setelah perdagangan dibuka dan level tertinggi telah berhasil mencapai level 7000-an di 7.040,68 pada pukul 10:30 WIB.

Mayoritas saham melemah yakni sebanyak 295 unit, sedangkan 206 unit lainnya menguat dan 168 sisanya stagnan. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) jumbo senilai Rp 383,79 miliar di pasar reguler.

Dua saham yang mereka buru hari ini yaitu PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 125,7 miliar dan Rp 22,9 miliar. BMRS tercatat melesat 7,34% ke Rp 234/unit dan SMGR naik 3,05% di 6.750/unit.

Sementara itu, saham yang paling banyak dilepas adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 97,9 miliar dan 52,9 miliar. BBCA tercatat stagnan di Rp 7.350/unit sedangkan ANTM turun 3,54% ke Rp 2.180/unit.

Meskipun ditutup menguat, sentimen pelaku pasar yang tengah memburuk pasca rilis data inflasi Amerika Serikat Jumat lalu. Hal ini membuat bursa saham global berjatuhan karena kekhawatiran bahwa inflasi ternyata belum mencapai puncaknya.

Rilis inflasi AS berdasarkan consumer price index (CPI) pada Mei 2022 melesat 8,6%year-on-year(yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981.

Data inflasi AS ini lebih tinggi dari ekspektasi pasar dan memicu reaksi negatif. Sementara bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan mengadakan rapat komite pengambil kebijakan FOMC pada 14-15 Juni 2022 untuk merespon tingginya inflasi.

Data inflasi terbaru membuat pasar makin yakin bahwa akan menaikkan suku bunga secara agresif. Bank sentral AS tersebut diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuannya lebih agresif sebesar 75 basis poin.

Padahal sebelum rilis data inflasi, pasar masih memperkirakan kenaikan hanya sebesar 50 basis poin saja.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular