
Kabar Buruk Semua! Awas IHSG Nyungsep Lagi

Tingginya inflasi membuat bank sentral AS (The Fed) diprediksi makin agresif menaikkan suku bunga.
Pasca rilis data inflasi, pasar melihat suku bunga The Fed di akhir tahun sebesar 3% - 3,25%, dengan probabilitas sebesar 37%, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group. Ekspektasi tersebut naik dari sebelumnya 2,75% - 3%.
![]() |
The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (16/6/2022) dini hari waktu Indonesia. Suku bunga hampir pasti akan dinaikkan sebesar 50 basis poin, tetapi pelaku pasar akan melihat bagaimana proyeksi suku bunga ke depannya dari ketua The Fed, Jerome Powell.
Pernyataan-pernyataan dari Powell bisa memicu pergerakan signifikan di pasar finansial global, termasuk Indonesia.
Sementara itu dari dalam negeri, kasus pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) kembali menjadi perhatian. Sebab, terjadi kenaikan yang signifikan.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat ada tambahan 574 kasus. Jumlah tersebut turun dari hari sebelumnya 627 kasus, yang merupakan penambahan kasus tertinggi dalam 7 pekan terakhir.
Rrata-rata penambahan kasus selama 7 hari hingga Sabtu kemarin tercatat sebanyak 504 kasus, dibandingkan sepekan sebelumnya 262 kasus. Secara persentase, rata-rata penambahan kasus tersebut melejit lebih dari 92%.
Jumlah pasien yang sembut dilaporkan sebanyak 347 orang, sementara 3 orang dilaporkan meninggal dunia. Artinya, penambahan kasus baru lebih tinggi ketimbang pasien yang sembuh. Alhasil, jumlah kasus aktif bertambah menjadi 4.538 orang, menjadi yang tertinggi sejak 16 Mei lalu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan kenaikan kasus tersebut diakibatkan varian baru yang sudah masuk ke Indonesia. Varian tersebut yakni Omicron BA.4 dan BA.5.
"Nah, untuk informasi teman-teman itu memang sudah ditemukan di Indonesia kemarin di Bali sudah ada 4 orang yang terkena BA.4 dan BA.5. Kita sekarang sudah monitor karena memang ini bisa menghindari imunitas vaksin, penyebarannya juga cepat sama seperti varian Omicron," jelas Budi.
"Jadi kita sudah memastikan penyebab kasus naik pasti adanya varian baru," tuturnya.
Meski begitu, kasus Covid-19 di Indonesia menurut BGS, sapaan akrabnya, masih terpantau baik. Penyebabnya adalah angkatpositivity rate dan transmisi kasus yang dilaporkan rendah.
Sejauh ini, hanya DKI Jakarta yang mencatatkan angka positivity rate pada level 3%. Sementara itu secara nasional masih dilaporkan berada di 1,1%. "Tapi berhubung imunitasnya masih tinggi, kita lihat kenaikannya kasus masih dalam level yang aman," katanya.
Bagaimana perkembangan kasus Covid-19 akan menjadi perhatian, apabila terus menunjukkan kenaikan maka bisa menjadi sentimen negatif ke pasar finansial.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]